Bisnis.com, DENPASAR — Lapangan usaha pertanian di Bali selama kuartal III/2021 terkontraksi minus 0,18 persen secara tahunan (year on year/yoy) karena terjadinya penurunan produksi tanaman pangan secara umum.
Kepala BPS Bali, Hanif Yahya, mengatakan penurunan produksi tanaman pangan dapat dilihat pada produksi padi yang mengalami penurunan dikisaran 37 persen (yoy). Tanaman hortikultura tahunan juga mengalami penurunan produksi, seperti komoditi seperti jeruk, durian, manggis, dan salak mengalami penurunan produksi antara 83 persen sampai 98 persen.
"Terjadi gagal panen pada komoditi bawang merah, kentang, pisang, dan hortikultura lainnya," katanya, Jumat (5/11/2021).
Di satu sisi, masih ditemukan kasus kematian ternak dengan gejala virus ASF yang terjadi di beberapa daerah seperti Badung dan Gianyar. Belum lagi, produksi ayam tras mengalami penurunan sebesar 17 persen dan telur ayam ras turun 6 persen.
Pemotongan ternak di rumah potong hewan (RPH) maupun tempat pemotongan hewan (TPH) untuk dahing sapi yang turun 2 persen, babi turun 34 persen, dan kambing turun 28 persen.
"Jadi dengan adanya fenomena dalam lapangan usaha pertanian mendukung pertumbuhan ekonomi pad asektor pertanian pada kuartal III/2021, meskipun penurunannya tidak besar tetapi juga mempengaruhi struktur pertumbuhan ekonomi Bali pada kaurtal III/2021," sebutnya.
Baca Juga
Pertumbuhan industri pengolahan di Bali selama kuartal III/2021 justru jauh lebih rendah, yakni sebesar minus 7,27 persen (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh surat edaran dari PHDI dan MDA yang membatasi acara resepsi pernikahan di Bali dengan maksimal undangan hanya 30 orang.
Selain itu, nilai ekspor sejumlah produk hasil industri pengolahan juga tercatat mengalami penurunan, yakni industri makanan turun 46 persen. Penurunan juga tejadi pada industri kimia dan farmasi yang turun 27 persen.
"Ini dua fenomena utama yang tejadi pada lapangan usaha industri pengolahan, secara kumulatif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi," sebutnya.