Bisnis.com, DENPASAR — Luas panen padi di Bali pada tahun ini berpotensi mengalami kenaikan sekitar 12.807 hektar are atau 14,08 persen seiring dengan peningkatan curah hujan.
Berdasarkan data BPS, realisasi panen padi sepanjang Januari hingga September 2021 adalah sebesar 75.983 hektare are, atau mengalami kenaikan sekitar 9.603 hektare (14,47 persen) dibandingkan 2020 yang sebesar 66.380 hektare. Sementara itu, potensi panen sepanjang Oktober hingga Desember 2021 sebesar 27.804 hektare.
Dari hasil perhitungan, BPS menyimpulkan total potensi luas panen padi pada 2021 diperkirakan mencapai 103.788 hektare, atau mengalami kenaikan 14,08 persen dibandingkan 2020 yang sebesar 90.981 hektare.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali I Wayan Sunarta mengatakan peningkatan luas panen ini seiring dengan ketersediaan air yang cukup selama masa tanam. Ketersediian air tersebut merupakan dampak dari efek la nina.
"Karena luas tanam meningkat efek la nina sehingga air cukup untuk tanam padi," katanya kepada Bisnis, Selasa (2/11/2021).
Terpisah, pengamat pertanian dari Universitas Udayana I Wayan Windia juga mengatakan luas tanam sangat berpengaruh dengan ketersediaan air. Tanpa ada air hujan, luas tanam akan berkurang sehingga mempengaruhi luas panen. Begitu pula sebaliknya.
Baca Juga
Ketersediaan air hujan untuk luas tanam sangat penting karena juga menandakan kondisi air permukaan saat ini. Jika luas panen berkurang karena tidak adanya air hujan, air permukaan tidak akan cukup untuk mencukupnya. Pasalnya, air permukaan banyak digunakan oleh PDAM, air kemasan, maupun proyek air pedesaaan.
"Untung di Bali ada subak yang bisa mengelola air irigasi. Kalau tidak, keadaan semakin parah," sebutnya