Bisnis.com, DENPASAR — Hotel dengan harga menengah ke atas lebih diminati wisatawan yang berlibur di Bali selama pandemi Covid-19 terjadi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat penghunian kamar hotel (TPKH) bintang 3 hingga 5 mencapai 9,98 persen, sedangkan TPKH bintang 1 hingga 2 hanya sebesar 8,99 persen.
Data Bali Hotels Association (BHA) menunjukkan hotel dengan harga sewa kamar antara US$201 sampai dengan US$300 memiliki TPKH 30,3 persen. Disusul kemudian hotel dengan harga sewa kamar US$51 sampai dengan US$200 memiliki TPKH 12,7 persen, hotel di atas US$301 memiliki TPKH 8,3 persen, dan hotel dengan harga kurang dari US$51 memiliki TPKH 7,3 persen.
Bank Indonesia menganalisis hotel dengan harga menengah ke atas lebih diminati disinyalir karena adanya inovasi hotel promo.
Pengamat ekonomi pariwisata dari Universitas Warmadewa I Made Suniastha Amerta mengatakan daya beli masyarakat yang menurun di tengah pandemi membuat masyarakat memanfaatkan promo. Saat ini berbagai hotel mengeluarkan promo tidak terkecuali hotel dengan harga kamar menengah ke atas.
"Di tengah kondisi saat ini, secara umum daya beli dan minat beli wisatawan untuk kamar hotel mahal cenderung menurun dan mereka lebih memilih hotel dengan harga menengah ke atas dengan promo," katanya kepada Bisnis, Selasa (12/10/2021).
Baca Juga
Sebaliknya, Ketua DPD Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali Yoga Iswara menilai, di tengah pandemi, hotel yang diminati adalah yang telah menerapkan protokol kesehatan Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE). Wisatawan justru dinilai lebih mengesampingkan masalah harga.
"Attitude to hygien is non negotiable, baru faktor harga yang disesuaikan dengan budget pelanggan," sebutnya.