Bisnis.com, DENPASAR — Pemerintah Bali menilai pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2021 yang berhasil tumbuh positif 2,83 persen secara tahunan (year on year/yoy) tidak terlalu signifikan dalam menunjukkan adanya pemulihan ekonomi.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan meskipun ekonomi Bali pada kuartal II/2021 mampu tumbuh positif, realisasinya masih tercatat di bawah rata-rata nasional. Apalagi, pertumbuhan tersebut bisa terjadi karena basis data perbandingan yakni kondisi ekonomi pada tahun lalu yang memang sangat rendah.
"Kami tidak terlalu melihat angka ini signifikan, karena basis datanya kami ada pada posisi minus 11 persen lebih, sesungguhnya ini angka-angka yang belum bisa dikatakan mengatasi perekonomian di Bali," katanya, Kamis (19/8/2021).
Menurutnya, perekonomian Bali saat ini masih terpuruk. Bahkan, pengangguran semakin meningkat jumlahnya. Bali pun berharap pembukaan border internasional sebagai solusi mengatasi permasalahan ekonomi tersebut.
Padahal, Bali sebelumnya telah beberapa kali berencana menerima masuknya penerbangan internasional. Misalnya, pada Mei 2021, pemerintah Bali telah bertemu dengan pimpinan salah satu maskapai penerbangan yang merencanakan Pulau Dewata sebagai salah satu tujuan essential travellers. Saat itu rencananya Bali akan menerima 200 penumpang dari Singapura, tetapi dibatalkan karena Bali diharapkan lebih berkontrensasi untuk menerima wisatawan yang lebih besar pada Juli 2021.
Pada kenyataannya, sampai Juli 2021 Bali belum bisa juga membuka border internasional.
Baca Juga
"Kami semua masyarakat khususnya pariwisata berharap bisa menerima essential traveller bisa mendarat di Bali sehingga karantina bisa dilakukan di Bali," sebutnya.
Berdasarkan data BPS, perbaikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2021 dipengaruhi oleh basis penghitungan pertumbuhan ekonomi yang rendah pada 2020 atau low base effect. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Bali pada kuartal II/2021 juga karena ada penyesuaian pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) selama kuartal II/2021 dan tumbuhnya hampir semua kategori usaha, terutama katagori pemerintahan, pendidikan, dan perdagangan.
Pengamat Ekonomi Universitas Udayana I Wayan Rahmanta mengatakan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada kuartal II/2021 merupakan dampak dari belum diterapkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat maupun level IV. PPKM darurat baru diterapkan pada kuartal III/2021 sehingga akan berpotensi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Bali yang kemungkinan kembali negatif.
"Saat PPKM tidak satupun sektor ekonomi yang bisa tumbuh, tapi itu merupakan pil pahit yang harus dipilih agar masyarakat bisa sehat, untuk selanjutnya baru memikirkan pertumbuhan ekonomi," katanya.
Meskipun pada kuartal III/2021, diprediksi negatif, Rahmanta tetap optimistis realisasi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini akan lebih baik dari 2020. Asumsi ini berlaku jika PPKM tersebut berhenti pada akhir Agustus 2021.
"Kita berharap secara rata-rata pertumbuhan negatif lebih kecil banding tahun 2020 yang minus 9 persen. Prediksi pertumbuhan 2021 minus 1 persen sampai minus 3 persen," sebutnya.
Sebaliknya, Praktisi Bisnis Keuangan Dari Universitas Pendidikan Nasional Denpasar Gede Sri Darma mengatakan pertumbuhan ekonomi Bali akan semakin membaik di tengah penerapan PPKM level IV. Hal tersebut lantaran masyarakat Bali, khususnya yang berprofesi di sektor terdampak Covid-19, mulai melakukan peralihan lapangan usaha ke sektor yang lebih menjanjikan.
Selain itu, stimulus, insentif maupun bantuan sosial yang diberikan pemerintah dinilai telah mampu menggerakan roda ekonomi. Walaupun, dampaknya belum signifikan.
"Saya optimistis pertumbuhan Bali semakin baik ditengah PPKM level 4, yang terpenting ada perputaran roda ekonomi," katanya.