Bisnis.com, DENPASAR - Industri ekspor Bali dinilai tidak terdampak langsung oleh adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat karena proses pemesanan barang membutuhkan waktu hingga enam bulan.
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Bali Panudiana Kuhn mengatakan dampak PPKM darurat tidak secara langsung dirasakan oleh eksportir di Pulau Dewata, karena pemesanan barang dilakukan tiga sampai enam bulan sebelum pengiriman. Kecuali jika ada wisatawan mancanegara yang membeli handicraft atau produk sejenis ketika di Bali maka pengirimannya dilakukan lebih cepat.
"Apapun yang dibeli di Bali untuk ekspor kan order atau pesan dulu, baru pembeli datang mengecek barangnya, terutama untuk fesyen. Jadi PPKM yang berlangsung ini tidak akan langsung mempengaruhi kinerja ekspor," kata dia kepada Bisnis, Minggu (11/7/2021).
Menurut Kuhn, pengiriman barang untuk kebutuhan ekspor saat PPKM darurat tetap bisa dilakukan. Hanya saja memerlukan waktu yang lebih lama dari kondisi normal.
"Senin kemarin saat sudah PPKM darurat saya tetap ekspor handicraft sebanyak 40 feet container, meski membutuhkan waktu tambahan lagi dua hari itu tidak masalah," tambahnya.
Dari sisi tenaga kerja, imbuhnya, khusus untuk di Bali juga tidak terlalu terpengaruh dengan adanya PPKM darurat, karena jumlah pekerja dalam satu perusahaan eksportir tidak mencapai ribuan orang seperti di daerah Jawa Tengah. Sehingga dengan jumlah yang lebih sedikit, protokol kesehatan bisa dilakukan dengan ketat.
Baca Juga
"Tenaga kerja di industri ini lebih sedikit jumlahnya, jadi penerapan protokol kesehatan bisa tetap dilaksanakan dengan baik," jelasnya.
Lebih lanjut, Kuhn menuturkan industri ekspor di Bali sejatinya lebih dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19 dibandingkan dengan sektor pariwisata. Kendati munculnya Covid-19 telah menyebabkan keterbatasan angkutan laut yang berujung pada kelangkaan kontainer dan harga sewa meningkat tajam.
Dia merinci, saat ini pengiriman untuk 40 feet container bisa mencapai US$13.000 hingga US$14.000 atau lebih mahal tiga kali sebelum munculnya pandemi. Sedangkan untuk kargo pesawat dengan penerbangan internasional lebih banyak berada di Jakarta.
"Sejujurnya industri di luar pariwisata juga terdampak Covid-19, hanya saja masih bisa tetap bertahan karena dampaknya tidak separah di sektor pariwisata," jelas Kuhn.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Mei 2021 nilai ekspor Bali mencapai US$38 juta atau naik 47 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya secara year on year (yoy). Kemudian, secara kumulatif nilai ekspor pada periode Januari-Mei 2021 tercatat sebesar US$205 juta atau naik 5,91 persen (yoy).