Bisnis.com, DENPASAR — Ekspor barang asal Bali terpantau mampu bertahan dalam menyumbang pendapatan devisa di tengah penurunan dari ekspor jasa.
Adapun ekspor Bali sebelum pandemi Covid-19 didominasi oleh ekspor jasa, utamanya bersumber dari wisatawan mancanegara. Pada 2019, ekspor jasa menyumbang 94,3 persen dari total pendapatan devisa. Namun, terhentinya mobilitas dunia yang dimulai sejak kuartal kedua 2020 menyebabkan penurunan yang signifikan pada ekspor jasa Bali.
Di sisi lain, meskipun turut mengalami penurunan, kinerja ekspor barang relatif bertahan di tengah perlambatan ekonomi dunia. Pada 2020, ekspor barang menyumbang devisa sebesar 20,8 persen terhadap total devisa Bali. Jumlah tersebut naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,7 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Bali Trisno Nugroho mengatakan, di masa pandemi Covid-19, share ekspor untuk sektor pertanian terus meningkat. Pangsa kelompok pertanian pada 2020 meningkat menjadi 25,2 persen, naik dari 23,3 persen pada 2019.
Peningkatan ini utamanya terlihat untuk komoditas kepiting dan kerang, tanaman obat, kopi, serta buah dan sayur olahan. "Sebaliknya komoditas utama pertanian seperti ikan olahan dan ikan tuna, tercatat sedikit menurun," katanya kepada Bisnis, Rabu (23/6/2021).
Menurutnya, ekspor barang memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Bali pun perlu melakukan penguatan di seluruh mata rantai agribinis pertanian dari hulu, hilir, distribusi, dan juga kelembagaannya.
Baca Juga
Beberapa langkah yang harus dilakukan, lanjutnya, dapat berupa modernisasi pertanian, utamanya melalui digitalisasi, merupakan hal yang mutlak dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Bali juga perlu memperbesar skala produksi pertanian, salah satunya melalui pembentukan kelompok tani.
Selain itu, juga memberikan insentif kepada petani untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas komoditas.
"Bali juga perlu melakukan inisiasi G2G pasar ekspor, baik dengan negara tujuan tradisional maupun negara tujuan bar," sebutnya.