Bisnis.com, DENPASAR — Pengembangan industri kreatif menjadi salah satu langkah strategis Denpasar untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Berdasarkan data BPS, kinerja ekonomi Denpasar pada 2020 tercatat terkontraksi sebesar minus 9,42 persen secara tahunan (year on year/yoy). Kinerja tersebut mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya yang sebesar 5,82 persen (yoy).
Pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh kinerja lapangan usaha utama perekonomian Denpasar yang berada pada sektor Akmamin (21,30 persen), jasa pendidikan (12,74 persen), dan konstruksi (11,10 persen).
Asisten Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Kota Denpasar A.A. Gede Risnawan mengatakan ada dua strategi dalam pemulihan ekonomi Denpasar yakni mendorong MoU kerja sama antar daerah serta industri kreatif. Dua strategi tersebut juga sebagai upaya pengendalian inflasi di Kota Denpasar.
"Pemerintah Kota Denpasar telah menyambut baik rencana kerja sama antar daerah yang akan dilakukan dengan berkoordinasi dengan Bank Indonesia," katanya seperti dikutip dalam rilis, Kamis (24/6/2021).
Ekonom Ahli Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, S. Donny H. Heatubun mengatakan Denpasar memiliki potensi dalam pengembangan industri kreatif di kota Denpasar. Hal tersebut lantaran Denpasar merupakan kota dengan jumlah usaha mikro, kecil, menengah dan besar tertinggi secara total di Provinsi Bali yakni 97.526 usaha dari total 482.484 usaha di Bali.
Baca Juga
Denpasar juga didukung dengan adanya Gedung Dharma Negara Alaya yang merupakan ruang kreativitas yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berkreasi.
"Ke depannya gedung ini diharapkan menjadi pusat kajian dan pengembangan ekonomi kreatif dan kesenian di kota Denpasar. Tentunya, potensi industri kreatif ini diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar ke depannya," sebutnya.