Bisnis.com, DENPASAR - Bali sedang menyiapkan skema baru untuk menggerakan ekonomi dengan mengandalkan pertanian modern, industri kreatif, refocusing pariwisata, pendidikan, dan digital payment.
Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan pandemi Covid-19 menjadi pelajaran berharga bagi Pulau Dewata, sehingga harus dilakukan penyesuaian sumber perekonomian baik dari struktur maupun fundamentalnya. Skema baru yang sedang disiapkan tersebut akan mulai diterapkan pada 2022 mendatang.
"Kami sudah memikirkan kebijakan baru, skemanya bertujuan untuk menyeimbangkan pariwisata, pertanian, industri kreatif, pendidikan dan perekonomian digital sesuai perkembangan teknologi informasi," kata dia secara virtual, Rabu (9/6/2021).
Adapun skema pertama sebagai penggerak ekonomi Bali, yakni melalui percepatan pertanian modern dari hulu hingga hilir. Percepatan daerah hulu akan dilakukan dengan implementasi sistem pertanian organik. Sedangkan di hilir pembangunan pertanian lebih ditingkatkan, mulai dari luas produksi, produktivitas, hingga nilai tambah dan daya saing pasarnya.
"Tujuan akhir dari percepatan ini, untuk meningkatkan nilai tukar petani di atas 105 dan PDRB sektor pertanian menjadi 25 persen," tambahnya.
Skema kedua, menggerakkan ekonomi Bali melalui industri ekonomi kreatif, yakni dengan menggerakan industri pakaian jadi untuk lebih fokus pada fesyen design yang sudah berkembang. Kemudian, memanfaatkan destinasi wisata sebagai tempat perfilman maupun iklan. Menyediakan tempat untuk bekerja secara fleksibel, dan menjadikan Bali sebagai destination wedding dengan resort serta lokasi yang ideal.
Baca Juga
Selanjutnya, skema ketiga melakukan refocusing pariwisata dengan tujuan mengubah mass tourism menjadi quality tourism. Cara ini juga dilakukan untuk meningkatkan confidence level dengan terlaksananya protokol kesehatan di tempat wisata, dan adanya konsep Bali Free Covid-19 Corridor (BFCC) sebagai zona sehat.
Skema keempat dari sektor pendidikan yang bertujuan meningkatkan ekspor dalam bidang jasa. Berdasarkan data Unesco, tren meningkatkan outbound pelajar internasional global dan di Indonesia dalam 5 tahun terakhir. Kondisi ini dilihat sebagai peluang untuk Bali menjadi alternatif ekspor jasa.
"Seiring dengan besarnya sektor pendidikan di Bali, pemerintah diharapkan dapat memberi dukungan regulasi dan menjadikan Bali sebagai salah satu daerah prioritas pengembangan kemitraan Top World Universities," jelasnya.
Terakhir, skema penggerak ekonomi Bali dari sektor digital payment. Dalam hal ini, infrastruktur pembayaran nontunai sudah tersedia dalam berbagai jenis kanal dan telah terintegrasi pada berbagai sektor, baik finansial maupun riil.
Koster mengungkapkan pandemi Covid-19 mendorong terjadinya perubahan kebiasaan masyarakat dari tunai menjadi nontunai sehubungan dengan pembatasan kontak fisik.
"Dengan berbagai skema tersebut, diharapkan Pulau ini akan mengalami transformasi perekonomian yang cukup signifikan. Dengan catatan pariwisata tetap dijadikan sektor unggulan," jelasnya