Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuartal I/2021, Pertumbuhan Kredit dan Simpanan Masyarakat Bali Terus Melemah

Risiko kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) kredit perbankan di Bali memang terhitung masih dalam ambang batas terkendali di bawah 5 persen, yakni sebesar 3,78 persen.
Wisatawan mengunjungi kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park di Badung, Bali, Sabtu (30/1/2021)./Antara-Naufal Fikri Yusuf
Wisatawan mengunjungi kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park di Badung, Bali, Sabtu (30/1/2021)./Antara-Naufal Fikri Yusuf

Bisnis.com, DENPASAR - Penyaluran kredit perbankan di Bali terus mengalami penurunan dengan realisasi terkontraksi minus 0,59 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal I/2021. Penurunan kredit itu juga diikuti dengan semakin melemahnya penghimpunan simpanan masyarakat di Bali.

Sementara itu, risiko kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) kredit perbankan di Bali memang terhitung masih dalam ambang batas terkendali di bawah 5 persen, yakni sebesar 3,78 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan pihaknya mendorong perbankan untuk turut serta berpartisipasi dalam mendorong kembali kegiatan perekonomian, yaitu melalui tingkat penyaluran kredit yang baik dan tetap prudent kepada sektor-sektor ekonomi produktif. Terlebih, selama kuartal I/2021, kredit sektor akomodasi makan minum (akmamin) masih bertumbuh positif 0,58 persen (yoy).

Meskipun, di satu sisi, kredit sektor perdagangan dan konstruksi masih tumbuh minus 2,78 persen yoy dan 5,79 persen yoy pada kuartal I/2021. Pertumbuhan tersebut tergolong membaik dibandingkan realisasi sebelumnya.

Sementara itu, pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada Maret 2021 masih mengalami kontraksi sebesar 3,79 persen yoy, terutama pada rekening tabungan dan giro.

"Implikasi kontraksi di pembiayaan maupun penghimpunan DPK perbankan tentunya tidak terlepas dari imbas pertumbuhan Bali yang masih lemah. Sebagai provinsi yang perekonomiannya ditopang oleh sektor pariwisata, secara spasial Bali tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar minus 9,3 persen yoy. Pertumbuhan ekonomi Bali tersebut menjadi pertumbuhan terendah di Indonesia," katanya, Jumat (12/5/2021).

Menurutnya, pandemi Covid-19 di dunia membawa implikasi pembatasan mobilitas global yaitu perlintasan manusia antar negara sehingga berdampak pada penurunan jumlah wisman. Sampai dengan Mei 2021, jumlah wisman diprakirakan turun hingga 99 persen.

Sementara itu, kondisi pandemi Covid-19 di dalam negeri dan kebijakan pembatasan sosial berskala besar juga menyebabkan wisnus diprakirakan menurun hingga 60 persen.

Trisno menilai, pada kuartal I 2021, pertumbuhan Bali mulai membaik, terlihat dari kontraksi yang tidak sedalam periode sebelumnya, yaitu dengan besaran minus 9,85 persen yoy.

Bank Indonesia pun memperkirakan pada 2021, pertumbuhan ekonomi Bali akan lebih tinggi dari 2020, didukung dengan stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga.

"Kesabaran pelaku pariwisata untuk terus menjaga citra Bali sebagai pusat pariwisata Indonsia harus kita support dengan dukungan moral, perhatian penuh, kemudahan dan jika perlu dukungan finansial melalui program program PEN, pinjaman daerah dan dukungan lainnya. Ide Travel Bubble sebagai terobosan mendatangkan wisman harus kita dukung dengan kebijakan yang akomodatif," sebutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper