Bisnis.com, DENPASAR - - Pertanian, kehutanan, dan perikanan masuk dalam sektor unggulan Bali di tengah pandemi Covid-19. Padahal, berdasarkan analisis data 2015-2019, sektor potensial justru berada pada kelompok penyediaan akomodasi dan makan minum, pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta konstruksi.
Perlu diketahui, perhitungan sektor unggulan didapat dengan metode Location Quotient (LQ) yang membandingkan besarnya peranan suatu sektor atau industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor atau industri tersebut pada wilayah yang lebih luas. Apabila LQ lebih dari 1 sektor, atau subsektor dikatakan memiliki potensi ekonomi yang lebih besar secara relatif dibandingkan daerah lain. Sedangkan, LQ kurang 1 atau sama dengan 1 maka sektor atau subsektor dikatakan kurang mempunyai potensi ekonomi.
Ketua Bidang Analisis Kebijakan Ikatan Sarjana Ekonomi (ISEI) Bali I Gusti Wayan Murjana Yasa mengatakan sejumlah daerah di Bali telah mengalami pergeseran sektor unggulan. Misalnya, di Jembrana, sektor pendukung pariwisata yakninpenyediaan akomodasi makan minum, sudah tidak menjadi sektor unggulan pada masa pandemi. Sektor unggulan di Jembrana selama pandemi justru sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan serta sektor transportasi dan pergudangan.
Hal serupa terjadi di Tabanan dengan sektor unggulan selama pandemi Covid-19 adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan serta sektor administrasi pemerintahan.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pun tetap masuk dalam sektor unggulan di Bangli dan Karangasem. Kedua kabupaten tersebut tidak mengalami perubahan sektor unggulan saat pandemi dibandingkan kondisi normal.
Sementara itu, Badung tetap menjadikan sektor akomodasi makan dan minum sebagai sektor unggulan di tengah pandemi. Namun tetap terjadi peningkatan di beberapa sektor seperti sektor informasi dan komunikasi serta konstruksi.
"Terjadi peergeseran dimana sektor pendukung pariwisata, penyediaan akomodasi makan minum, sudah tidak menjadi sektor unggulan pada masa pandemi, namun sektor lain seperti pariwisata tetap menjadi sektor unggulan meskipun terjadi penurunan angka," katanya, Rabu (29/4/2021).
Menurutnya, dengan kondisi tersebut, perlu dilakukan penyelarasan pengembangan sektor unggulan atau potensial pertanian dalam arti luas sebagai pendukung utama sektor unggulan pariwisata. Hal tersebut pun perlu didukung dengan peningkatan produktivitas sektor pertanian, melalui pengembangan kelembagaan ekonomi desa, evaluasi efektivitas berbagai kebijakan yang berpihak pada petani, dan secara serius pengembangan sumber daya masnuia sektor pertanian.
"Kualitas produk pertanian dikembangkan dari CSR pariwisata. Produk pertanian berkualitas mendukung pariwisata," sebutnya.