Bisnis.com, DENPASAR – Sebanyak 30 persen pelaku usaha pariwisata yang tergabung dalam Bali Hotel Association menutup operasionalnya akibat larangan mudik lebaran 2021.
Bali Hotel Association (BHA) Executive Director Diah Ajung mengatakan berdasarkan survei terakhir yang dilakukan kepada para anggota, sebanyak 30 persen memutuskan untuk menutup operasional hotel.
Keputusan itu dilakukan dengan mempertimbangkan keputusan pemerintah yang melarang pergerakan wisatawan selama libur lebaran dan tidak ada lagi bantuan dari pemerintah kepada industri pariwisata.
"Tentunya kondisi ini akan membawa dampak negatif ke komunitas lokal dan ketersediaan lapangan kerja di Bali," kata dia kepada Bisnis, (28/4/2021).
Menurut Ajung, meskipun anggotanya tidak menunggu Bali dibuka sepenuhnya untuk perjalanan internasional, tetapi keputusan pemerintah menutup pariwisata selama libur Idulfitri 2021 menimbulkan kekecewaan.
Terlebih lagi, Pulau Dewata telah melakukan penyesuaian terhadap produk dan layanannya serta memanfaatkan kemampuan yang ada untuk menjawab tantangan dan memenuhi ekspektasi wisatawan yang akan datang.
Baca Juga
"Keputusan pemerintah untuk tidak mengizinkan perjalanan domestik ke Bali selama libur lebaran perlu ditinjau ulang. BHA, mewakili anggota kami, akan terus melobi pemerintah tentang keputusan ini," tutur Diah.
Dalam laporan kuartal pertama 2021, BHA menguraikan tindakan yang diambil untuk membantu para anggotanya dan pemulihan pariwisata Bali. Mulai dari kampanye media sosial terbaru, program pendidikan dan dukungan kepada masyarakat, program kelestarian lingkungan, penyediaan informasi akurat hingga advokasi hubungan pemerintah.
"Kuartal pertama 2021 adalah salah satu masa paling menantang dalam pariwisata Bali. Setiap penundaan dan pembatasan selanjutnya akan mempengaruhi kemampuan industri pariwisata untuk bangkit kembali," jelasnya.
Dari sisi lain, BHA juga terus mendukung upaya pemerintah pusat dan daerah untuk membuka kembali Bali untuk pariwisata internasional secara bertahap melalui zona hijau di Nusa Dua, Sanur, dan Ubud.
"BHA memahami bahwa pembukaan kembali pariwisata membutuhkan perencanaan yang cermat serta dukungan dari semua pemangku kepentingan. Sehingga kami memberi saran untuk pemberian izin kunjungan bagi masyarakat yang telah divaksinasi serta mereka yang memiliki hasil tes negatif Covid-19," tambahnya.
Sehubungan program percepatan vaksinasi yang digulirkan di Bali, BHA bekerjasama dengan pemangku kepentingan pariwisata lainnya untuk membantu pelaksanaan vaksinasi pekerja di sektor pariwisata.
Terdapat lebih dari 90.000 pekerja pariwisata telah terdaftar sebagai penerima vaksin gelombang pertama. 25 hotel dan resort anggota BHA secara sukarela menjadi tempat pelaksanaan vaksinasi.
Sebagai bagian dari upaya advokasi, BHA ingin terus menginformasikan lembaga pemerintah tentang dampak pembatasan perjalanan terhadap ekonomi Pulau Bali sejak dimulainya pandemi.
Rencana strategis untuk pembukaan kembali pariwisata Bali perlu dipetakan dan dikomunikasikan dengan jelas. Langkah-langkah harus diambil, besar atau kecil, untuk memberikan sinyal positif bagi industri pariwisata.
Ketua BHA Jean Heliere mengatakan selama bertahun-tahun organisasinya telah berkomitmen untuk mempromosikan Bali sebagai tujuan wisata yang indah dan berkualitas kepada dunia, dengan pesona dan keramahan terkenal dari masyarakat Bali.
"Seiring dengan kami menunggu Bali dibuka kembali untuk pariwisata internasional, kami telah menyesuaikan upaya kami dengan lebih berfokus pada dukungan kepada masyarakat, lingkungan, dan pendidikan sesama pekerja industri.” kata dia.