Bisnis.com, DENPASAR -- PT Alto Hasil Digital Indonesia (AHDI) menilai transaksi digital wisatawan asing asal China di Bali sangat rendah.
Hal tersebut terlihat dari nilai transaksi harian WeChat Pay maupun Alipay yang tercatat selama 2019 hanya mencapai Rp4,5 miliar dalam sehari.
Padahal, dengan kunjungan wisatawan China ke Bali yang cukup besar jumlahnya, transaksi via penerbit uang elektronik asing tersebut seharusnya bisa lebih tinggi lagi.
Direktur PT Alto Hasil Digital Indonesia (AHDI) Albertus Bambang Koes Rudiyanto menghitung, jika Bali kedatangan 2 juta wisatawan China selama 2019 lalu dan budget masing-masing wisatawan adalah sebesar US$3.000, pengeluaran total selama di Bali bisa mencapai US$6 miliar. Dengan kurs rupiah saat ini yang sempat menembus Rp14.600 per dolar, maka total pengeluarannya bisa mencapai Rp87,6 triliun.
Sementara itu, transaksi harian turis China di Bali yang tercatat selama 2019 via ALipay dan WeChat pay hanya Rp4,5 miliar atau senilai Rp1,62 triliun dalam setahun.
"Kecil banget, kenapa rendah, itu yang kita ingin tau larinya ke mana, jangan-jangan uangnya balik lagi ke China," katanya kepada Bisnis, Selasa (27/4/2021).
Rudiyanto mengakui, Alipay dan WeChat Pay baru hadir di Indonesia sejak 2018 lalu. Pada awalnya, transaksi turis China via dompet digital tersebut hanya senilai Rp100 juta per hari. Namun, semakin lama, transaksinya semakin meningkat hingga menembus Rp4,5 miliar per hari selama rata-rata 2019.
Hanya, karena adanya pandemi Covid-19, transaksi turis China di Bali tercatat nihil selama 2020.
"Kemarin naik terus, karena kita kan baru mulai dua tahun, sampai Rp4,5 miliar per hari di 2019, 2020 langsung stop," katanya.
Sementara itu, Alto baru saja bermitra dengan Liquid Pay, penerbit uang elektronik asal Singapura. Namun, layanan tersebut belum dapat berjalan karena pandemi Covid-19 telah menghantam sektor pariwisata.