Bisnis.com, DENPASAR — Transportasi umum sepertinya masih menjadi kendala bagi Bali. Setelah pamor Trans Sarbagita yang hadir sejak 2011 mulai meredup, kini kehadiran Trans Metro Dewata masih jauh untuk bisa menjadi solusi dalam memudahkan mobilitas masyarakat Bali.
Transportasi umum seperti bus memang sangat jarang ditemukan di Bali. Jika pun ada, rute yang tersedia sangat terbatas sehingga mobilitas menjadi tidak sebebas ketika memiliki kendaraan pribadi.
Padahal, sejak 2011, Bali telah menghadirkan Trans Sarbagita yang pendaaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bali. Namun, bus yang beroperasi di Denpasar, Gianyar, Badung, dan Tabanan tersebut semakin tahun makin sepi pamornya.
Teranyar, pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan mencoba menghadirkan lagi Trans Metro Dewata. Bus yang mulai beroperasi pada September 2020 lalu, digadang-gadang lebih menarik dibandingkan pendahulunya.
Selain kecanggihan teknologi yang digunakan, Trans Metro Dewata meamng mampu melayani penumpang dari Ubud hingga Tuban. Namun, terbatasnya halte pindah jalur menjadi salah satu kelemahan dari pengoperasian bus ini.
Penumpang yang datang dari kawasan Ubud pun harus menyambangi Terminal Ubung terlebih dahulu, sebelum bisa menuju jantung kota Denpasar. Terminal Ubung, menjadi tempat pemberhentian terakhir dan sekaligus tempat pengaktifan kembali setiap bus sebelum menjalankan rutenya.
Baca Juga
Alhasil, dengan rute melambung tersebut, perjalanan Gianyar - Denpasar yang biasanya rampung ditempuh dalam waktu satu jam dengan kendaraan pribadi, harus terulur lebih lama. Bahkan, waktu dua jam pun habis di perjalanan.
Direktur Utama Satria Trans Jaya Ketut Edi Dharma Putra, salah satu operator yang tergabung dalam konsorsium operator Trans Metro Dewata, membenarkan bahwa tidak semua halte melayani pindah jalur. Hanya ada beberapa titik halte yang melayani pindah jalur, terutama di koridor dua dan tiga.
Menurutnya, pengoperasian Trans Metro Dewata memang masih memerlukan evaluasi. Titik-titik penjemputan baru pun kemungkinan masih perlu ditambah sebagai upaya peningkatan layanan. Apalagi, hingga saat ini, Trans Metro Dewata masih dalam tahap sosialisasi kepada masyrakat dengan biaya yang masih gratis.
"Ini kan masih dalam evaluasi, semua masukan-masukan nanti di tampung dicarikan solusinya, yang mana yang berdekatan sehingga menambah titik-titik, ini jadi masukan yang bisa diajukan ke Teman Bus [aplikasi Trans Metro Dewata]," katanya kepada Bisnis, Senin (26/4/2021).
Meskipun demikian, Edi mengaku Trans Metro Dewata terus berupaya memperbaiki citra transportasi umum di Bali. Trans Metro Dewata yang dioperatori oleh empat perusahaan otobus lokal Bali tersebut hadir dengan 105 armada.
Edi memerinci, sebanyak 95 armada digunakan untuk kepentingan operasional sedangkan sisanya untuk cadangan. Pengoperasian Trans Metro Dewata pun dilakukan dari pagi hingga pukul 21.00 WITA. Dengan jumlah armada tersebut, Trans Metro Dewata dinilai mampu berhenti di setiap halte dengan interbal waktu tujuh menit sekali.
"Sampai saat ini angkutan umum di Bali menjadi yang terburuk, karena mahal dan tidak tepat waktu, tidak ada connecting line, sehingga harus menunggu lama kapan tiba. BTS [by the service/layanan trasnportasi bus yang dirilis Kementerian perhubungan] ini tiba dengan interval tujuh menit," sebutnya.