Bisnis.com, DENPASAR - Pertumbuhan penjualan eceran di Bali semakin terpuruk di tengah pandemi Covid-19. Bahkan, realisasi penjualan eceran di Bali anjlok hingga 50 persen secara tahunan (year on year).
Sebelumnya, Bank Indonesia Provinsi Bali memproyeksi nilai penjualan eceran di bali pada kuartal I/2021 akan sebesar 47,06 persen (yoy). Realisasi tersebut hampir serupa dengan periode sebelumnya yakni kuartal IV/2020 dengan besaran pertumbuhan 47,7 persen (yoy).
Pertumbuhan penjualan eceran di Bali terpantau mulai menurun sejak kuartal II/2019, dengan besaran saat itu 10,17 persen (yoy) atau lebih rendah dari realisasi kuartal I/2019 yang mampu tumbuh 20,09 persen (yoy). Pada Kurtal III/2019 dan kuartal IV/2019, pertumbuhan penjualan eceran semakin menurun menjadi 2,18 persen (yoy) dan 1,05 persen (yoy).
Adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia mulai awal 2021, juga mempengaruhi pertumbuhan penjualan eceran di Bali yang terus mengalami pertumbuhan negatif. Secara berturut-turut, realisasi penjualan eceran di Bali mulai kuartal I/2020 hingga kuartal IV/2020 yakni 8,77 persen (yoy), 51,14 persen (yoy), 46,35 persen (yoy), dan 47,7 persen (yoy).
Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali mencatat realisasi penjualan eceran di Bali pada minimarket anjlok sebesar minus 55 persen sampai dengan minus 45 persen (yoy), supermarket anjlok minus 45 persen sampai dengan minus 35 persen (yoy), hypermarket anjlok minus 65 persen sampai dengan minus 55 persen, dan department store anjlok minus 65 persen sampai dengan minus 50 persen (yoy).
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali AAG Agra Putra mengatakan daya beli masyarakat yang menurun akibat pandemi Covid-19 telah mempengaruhi anjloknya pertumbuhan sektor ritel di Bali. Di sisi lain, sejumlah komoditas barang juga mengalami kenaikan harga sehingga ikut mempengaruhi pertumbuhan.
Meskipun demikian, sejumlah katagori tercatat masih memiliki pertumbuhan baik seperti misalnya bumbu-bumbu dan perlengkapan dapur untuk katagori makanan, maupun katagori yang berkaitan dengan keseharan dan kebersihan.
"Walaupun, penjualan katagori tersebut juga mengalami penurunan karena daya beli masyarakat dan kenaikan harga, tetapi tetap lebih baik dibandingkan katagori lainnya," katanya kepada Bisnis, Senin (5/4/2021).
Agra memerinci sejumlah katagori barang yang masih memiliki pertumbuhan positif pada 2020 yakni susu bubuk yang nilai penjualannya bertumbuh 1,2 persen (yoy), minyak goreng 14,1 persen (yoy), saos sambal tumbuh 6,1 persen (yoy), dan sejumlah bumbu dapur lainnya.
Di katagori kesehatan dan kebersihan, peningkatan nilai penjualan terjadi pada produk vitamin yang nilainya tumbuh 26,4 persen (yoy), sabun cuci tangan 73,4 persen, maupun antiseptic naik 7,1 persen (yoy).
"Peningkatan penjualan di sejumlah produk katagori makanan dan kebutuhan dapur karena masyarakat yang lebih memilih memasak di rumah sebab lebih hemat dibandingkan makan di luar, dan banyak yang mulai berbisnis di kuliner karena dirumahkan dari tempat bekerjanya," sebutnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan penjualan ritel di Bali memang melemah saat ini karena dipengaruhi oleh sektor pariwisata. Ketika kondisi normal, tingginya jumlah wisatawan mancanegara maupun domestik, ikut mempengaruhi penjualan di sektor ritel.
Selain itu, adanya pandemi juga membuat masyarakat cenderung berbelanja secara online.
Berdasarkan data Bank Indonesia, total transaksi melalui e-commerce di Bali tercatat meningkat 27,61% pada kuartal IV/2020 dibandingkan periode sebelumnya (quarter to quarter/QtQ) atau naik 69,84 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pada kuartal IV/2020, nilai transaksi e-commerce di Bali tercatat senilai Rp1.120,26 miliar.
Pada kuartal IV/2020, transaksi belanja makanan melalui aplikasi transportasi online mencapai Rp188,95 miliar (pangsa 80,46%) dari total keseluruhan transaksi aplikasi transportasi online yang tercatat senilai Rp234,85 miliar.
"Ada dua hal yang mempengaruhi penjualan ritel di Bali, karena memang daya beli turun sehingga membuat masyarakat hanya membeli bahan pokok saja dan yang kedua belanja beralih ke online," sebutnya.