Bisnis.com, DENPASAR - Pelaku pariwisata di Bali kembali mengelus dada, pasalnya peluang besar pada Hari Raya Imlek tahun ini tidak dapat diraih akibat adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan.
Ketua Asosiasi Villa Bali Gede Sukarta menuturkan wisatawan yang mendominasi kunjungan di Pulau Dewata saat perayaan Imlek dari Singapura, China, dan Taiwan. Namun akibat pandemi penerbangan harus ditutup, sehingga wisatawan asing tidak dapat berlibur di Pulau Dewata.
Harapan ini semakin kecil, lanjutnya, karena adanya berbagai kebijakan PPKM yang turut berdampak terhadap kedatangan wisatawan domestik. Meskipun berbagai promo telah ditawarkan, tidak cukup menarik perhatian pengunjung.
"Di villa saya hanya terisi 1 atau 2 kamar saja, sisanya kosong, bahkan villa tetangga tutup," tuturnya saat dihubungi Bisnis, Senin, (8/2/2021).
Menurut Sukarta, dalam kondisi normal saat Imlek tingkat okupansi villa di Bali dapat mendekati 100 persen. Namun akibat pandemi tingkat okupansi menjadi rendah dan semakin dirasa sulit oleh pelaku pariwisata, terutama untuk membayar biaya operasionalnya dan gaji karyawan.
Secara terpisah, General Manager Harris Hotel Sunset Road Bali Nyoman Wirayasa mengatakan libur panjang Imlek tahun ini tidak menyebabkan peningkatan yang signifikan terhadap tingkat hunian, sebab PPKM dirasa semakin memperparah kondisi industri pariwisata.
Baca Juga
"Sebelumnya pada kondisi normal okupansi kami mencapai 90 persen, tapi sekarang masih single digit," tambahnya.
Dari sisi lain, pihaknya tetap menghargai setiap keputusan yang diambil oleh Pemerintah sebagai upaya menanggulangi pandemi Covid-19 yang sudah 11 bulan menimpa Bali dan memperparah kondisi perekonomian.