Bisnis.com, DENPASAR – Menjelang akhir tahun 2020, sebanyak 875 Industri Pariwisata di Bali telah tersertifikasi CHSE (Cleanlinnes, Health, Safety, dan Environment Sustainability) yang tersebar merata di seluruh Pulau Dewata.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa mengungkapkan jumlah industri pariwisata yang tersertifikasi CHSE ini bisa mencapai 900 dalam beberapa hari ke depan.
“Infrastrukturnya memang sudah sangat siap di Bali. Sudah banyak hotel yang tersertifikasi CHSE. Hal ini tentu jadi jaminan bagi wisatawan. Mereka mendapatkan perlindungan keamanan dan kesehatan selama menginap di Bali,” ujar Putu Astawa melalui keterangan resminya pada Selasa, (8/12/2020).
Setelah vakum imbas penanganan Covid-19, Pulau Dewata sudah diaktivasi sejak 31 Juli 2020. Beragam penyempurnaan amenitas juga sudah dilakukan.
Contohnya hotel yang menerapkan perinsip CHSE dimulai dari fasilitas cuci tangan/hand sanitizer, disinfektan, hingga pengukuran suhu tubuh. Rambu jaga jarak juga terlihat mulai pintu masuk hingga lift-nya. Secara rutin, kamar dibersihkan dengan disinfektan.
“Semua berkomitmen menjalankan CHSE secara menyeluruh. Hal sederhana yang bisa dilihat adalah penerapan protokol kesehatan. Siapapun harus mengenakan masker, jaga jarak, dan mencuci tangan. Sekarang tinggal bagaimana sikap wisatawannya. Bagaimanapun, mereka harus mematuhi regulasi yang berlaku. Tujuannya agar pandemi Covid-19 lebih cepat berakhir,” jelas Putu.
Sementara itu, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Rizki Handayani mengapresiasi hotel-hotel yang sudah tersertifikasi CHSE.
Menurutnya, sertifikasi ini penting karena menjadi parameter standardisasi kualitas hotel di masa transisi new normal.
“Sertifikasi CHSE tentu menjadi garansi kepercayaan pasar atau wisatawan. Untuk itu, hotel yang belum tersertifikasi diharapkan segera mengurus sertifikasi ini,” jelas Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Rizki Handayani.
Sertifikasi program CHSE memang jadi salah satu syarat utama aktivasi unit bisnis pariwisata di masa transisi new normal. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui destinasi untuk aktivasi. Sebagai awalan ada sosialisasi, penilaian mandiri, dan deklarasi mandiri.
Pada fase penilaian, dilakukan pendaftaran secara online hingga diraih status kelayakan penilaiannya. Bila minor, ada potensi untuk perbaikan.
Usai melewati fase deklarasi mandiri, dilakukan verifikasi oleh Kemenparekraf/Baparekraf dan lembaga sertifikasi. Bila dinyatakan layak, destinasi baru mengajukan permohonan sertifikasi dan assessment oleh tim auditor.
Untuk menjamin semuanya, lalu dilakukan visitasi tim. Bila semua aspek terpenuhi, baru sertifikasi diterbitkan dan dilanjutkan dengan labelling.
Untuk mendapatkan sertifikasi, destinasi pun harus memenuhi standard indikator penilaian 85 persen hingga 100 persen. Bila point tersebut terpenuhi, sertifikat langsung diberikan plus label ‘I do Care’. Label tersebut diberikan Kemenparekraf/Baparekraf.
“Segera lengkapi persyaratan pengajuan sertifikasi CHSE. Proses pendaftaran simpel karena online. Semua harus bersinergi agar industri pariwisata pulih,” ujarnya.
Menjalani aktivasi kembali, rata-rata pergerakan wisatawan di Bali mencapai 6.000 orang per hari. Jumlah itu pun menempati slot 37,5 persen dari kondisi normal.
Sebab, sebelum pandemi Covid-19, pergerakan wisatawan rata-rata mencapai 16.000 orang per hari. Mendekati libur akhir 2020, pergerakan wisatawan diprediksi mencapai 15.000 orang per hari. Hal ini mengindikasi jika wisatawan bisa mengisi okupansi hotel hingga 30 persen.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun