Bisnis.com, DENPASAR - Agen perjalanan dengan target pasar wisatawan China mati atau tutup sementara akibat lalu lintas dari dan ke negara Tirai Bambu disetop.
Ketua Bali Liang (Komite Divisi Mandarin ASITA), Elsye Deliana, mengatakan dalam keadaan normal sebagian agen bisa melayani 5.000-10.000 orang wisatawan perbulannya. Agen kecil bisa 2.000 orang sampai 5.000 orang per bulannya.
"Dengan terdampak Virus Corona kami mati total, sama sekali tidak ada yang datang, pemerintah mereka juga melarang mereka. Kami harap cepat berlalu," jelasnya seusai rapat tertutup bersama Wakil Gubernur Bali di Kantor Gubernur Bali, Senin (3/2/2020).
Menurutnya merebaknya virus corona, penutupan lalu lintas ke China, membuat rantai bisnis perjalanan wisata terdampak. Pemandu, restoran, bisnis kendaraan, akan terimbas.
"Efeknya para pekerja istirahat, mungkin banyak pulang kampung," tuturnya.
Seperti diketahui, pemerintah menyetop penerbangan dari dan ke Tiongkok dari tanggal per 5 Februari 2020 pukul 00.00.
Baca Juga
Guna mengantisipasi ada wisatawan yang tertahan akibat penutupan tersebut, Asita diminta mendata wisman China yang masih di Bali. Termasuk menginformasikan wisatawan bisa pulang lewat Hongkong.
Adapun yang yang masih tinggal di Bali belum ada keputusan dari pemerintah.
"Karena ada yang masuk ke Bali via visa on travel kan bisa 28-30 hari. Jadi kita tidak berhak memulangkan mereka apabila mereka masih ingin tinggal di Bali. Ini masih dikaji pemerintah," lanjutnya.
Dia mencatat, sampai hari ini baru 14 travel yang memberikan data tamu-tamunya yang masih sekitar 60-an orang di Bali. Kebanyakan tinggal sekitar Badung.
Dari daftar travel agent khusus market China yang tergabung di Bali Liang Devisi Mandarin ASITA, Deliana mengungkapkan ada 100-an travel agent, cuma yang aktif 40-50 agen saja.
Communication and Legal Manager Angkasa Pura I, Arie Ahsanurrohim mengatakan sejak 13 Januari 2020 ada 105 penerbangan dari China yang dicancel disebabkan banyak hal, karena penundaan teknis operasional maupun karena wabah Virus Corona.
Secara kebijakan perusahaannya pun masih menunggu langkah teknis yang akan difinalkan hari ini di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta.