Bisnis.com, MATARAM – Gempa bumi dengan kekuatan 5,4 dan 5,2 yang terjadi di Lombok pada 17 Maret 2019 lalu termasuk dalam klasifikasi gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal di sekitar Gunung Rinjani.
Kepala Stasiun Geofisika Mataram Agus Riyanto mengatakan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi ini dipicu oleh penyesaran turun (normal fault).
"Gempa yang terjadi kemarin (17 Maret 2019) bukan berasal dari dua generator gempa besar seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, tetapi ada sesar baru yang belum terpetakan dan belum teridentifikasi," ujar Agus saat ditemui Bisnis.com di kantornya, Mataram, Selasa (19/3/2019).
Agus menyebut, sebelumnya ada dua generator gempa di NTB khususnya di Pulau Lombok yaitu di sisi selatan, di mana Lempeng Australia bergesekan dengan Pulau Lombok yang terletak sekitar 200 km di bagian selatan pulau Lombok. Pertemuan lempeng ini memikiki potensi gempa dan tsunami.
Selain di sisi selatan, bagian utara Pulau Lombok juga berpotensi gempa yang disebabkan oleh Sesar Naik Busur Belakang Flores. Sesar inilah yang menyebabkan gempa Lombok pada 2018 lalu yang tercatat terjadi gempa hingga lebih dari 2500 kali dalam periode 29 Juli hingga 30 Agustus 2018.
Untuk gempa pada 17 Maret 2019 yang menyebabkan terjadinya longsor di Air Terjun Tiu Kelep Lombok Utara ini, menurut pengamatan BMKG dirasakan di daerah Lombok Utara IV MMI, Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah, Mataram, dan Sumbawa III-IV MMI; Karangasem III-IV MMI, Denpasar III MMI, dan Kuta III MMI.