Bisnis.com, DENPASAR—Pada saat kurs rupiah tertekan oleh dolar AS, nilai ekspor barang dari Bali ke Amerika Serikat pada Agustus 2018, justru mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
BPS Bali mencatat, nilai ekspor tujuan Amerika Serikat turun hingga 18,02% atau senilai US$2,6 juta. Secara keseluruhan, turunnya ekspor ke Amerika Serikat didominasi oleh komoditas ikan dan udang (terutama ikan tuna dan cakalang) yang mencapai menurun senilai US$1,5 juta.
Kabid Statistik Distribusi BPS Bali I Gede Nyoman Subadri menduga penurunan ekspor ikan tuna dan cakalang karena ada produk dari negara lain yang menggantikan kiriman dari Bali. Dia menduga hal itu terjadi karena kualitasnya lebih baik.
“Mungkin saja, karena produk negara lain lebih baik akhirnya yang dibeli dari negara itu. Dampaknya ke eksportir kita. Kalau masalah penurunan tangkapan, itu harus dilihat data dari dinas terkait,” paparnya.
Selain tujuan Amerika Serikat, ekspor tujuan Hongkong juga mengalami penurunan sebesar 19,1%, atau secara absolut sebesar US$524.008.
Komoditas utama yang mempengaruhi penurunan ekspor ke negara tersebut antara lain barang-barang dari kulit mencapai 57,03% dan barang-barang rajutan mencapai 33,55%.
Baca Juga
Ekspor tujuan Thailand dan Belanda turut memberikan andil terhadap penurunan nilai ekspor. Ekspor tujuan Thailand turun sebesar 8,69% persen yang didominasi oleh produk mesin dan peralatan listrik.
Sedangkan ekspor tujuan Belanda mengalami penurunan sebesar 0,35% yang didominasi oleh produk kayu dan barang dari kayu.
Jika dilihat menurut jenis komoditasnya, penurunan nilai ekspor secara bulanan dominan dipengaruhi oleh turunnya nilai ekspor produk minyak atsiri, kosmetik, dan wangi-wangian sebesar US$392.471.
Penurunan ekspor produk ini utamanya didominasi oleh turunnya ekspor tujuan Amerika Serikat yang tercatat sebesar US$396.828. Selain itu, produk mesin dan perlengkapan mekanik juga tercatat mengalami penurunan sebesar US$387.595.