Bisnis.com, DENPASAR—Masyarakat Transportasi Indonesia atau MTI Bali menagih komitmen Pemprov Bali untuk merealisasikan 8 koridor bus Trans Sarbagita agar dapat mengurai kepadatan arus kendaraan pribadi.
Ketua MTI Bali I Made Rai Ridharta menegaskan masih rendahnya jumlah penumpang Trans Sarbagita disebabkan belum terkoneksinya antar jalur. Kondisi tersebut membuat masyarakat ragu apabila berpindah dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.
“Bayangkan saja sekarang rute yang ada hanya dari Gianyar ke Nusa Dua, terus kalau misalnya mau ke Kerobokan, Badung harus naik apa? Ini yang kemudian membuat masyarakat masih ragu naik trans sarbagita,” jelasnya, Minggu (13/5/2018).
Koridor Trans Sarbagita pada saat ini baru melayani rute Gianyar-Nusa Dua, Denpasar-Jimbaran dan Tabanan-Bandara Ngurah Rai. Dari ketiga rute itu, hanya Tabanan-Bandara Ngurah Rai yang sering terlihat sepi.
Meskipun demikian, Pemprov Bali tetap menilai performa Trans Sarbagita tidak sesuai harapan. Dari total pengeluaran sekitar Rp12 miliar per tahun, pendapatan yang diterima hanya hanya Rp4 miliar per tahun. Akibatnya, mulai tahun ini volume kedatangan bus diperpanjang menjadi setiap 30 menit.
Rai menyatakan masih sepinya penumpang Trans Sarbagita yang baru berusia 4 tahun sangat bisa dimaklumi. Di Paris dan Tokyo yang sudah puluhan tahun mengelola bus umum, negara masih memberikan subsidi. Menurutnya, pemberian layanan oleh pemerintah seharusnya tidak dinilai dalam bingkai untung rugi.
Baca Juga
“Padahal kalau masyarakat bisa menghemat waktu 30 menit sekali jalan, itu bisa dikalkulasikan dengan berapa jumlah penghematan. Belum lagi kualitas udara bersih hingga tingkat kemacetan yang berkurang,” jelasnya.
Dia menekankan saat ini masyarakat bisa dipahami jika enggan beralih ke angkutan umum karena belum ada kepastian. Penyediaan angkutan pengumpan oleh Pemkot Denpasar yang sepi peminat karena tidak ada kepastian dengan kedatangan Trans Sarbagita.
MTI Bali mengingatkan Pemprov dan DPRD Bali tidak menghapus layanan Trans Sarbagita. Sudah ada kajian tentang potensi kemacetan di daerah Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan yang harus ditangani menggunakan angkutan massal berbasis bus.