Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Empat Perusahaan Otobus Dibalik Pengelolaan Trans Metro Dewata di Bali

Empat perusahaan armada lokal di Bali yakni Gunung Harta, Dewata Tourism, Restu Mulya dan Merpati Transport dipilih sebagai konsorsium operator Trans Metro Dewata. Keempatnya membentuk konsorsium bernama PT Satria Trans Jaya yang bertugas menjadi operator Trans Metro Dewata.
Bus Trans Metro Dewata yang dioperatori oleh konsorsium Restu Mulya, Dewata Tourism, Gunung Harta dan Merpati Transport. bisnis/feri kristianto
Bus Trans Metro Dewata yang dioperatori oleh konsorsium Restu Mulya, Dewata Tourism, Gunung Harta dan Merpati Transport. bisnis/feri kristianto

Bisnis.com, DENPASAR—Empat perusahaan otobus lokal di Bali yakni Gunung Harta, Dewata Tourism, Restu Mulya dan Merpati Transport dipilih sebagai konsorsium operator Trans Metro Dewata.

Keempatnya membentuk konsorsium bernama PT Satria Trans Jaya yang bertugas menjadi operator Trans Metro Dewata. Direktur Utama Satria Trans Jaya Ketut Edi Dharma Putra mengatakan keempat perusahaan yang sebelumnya melayani penumpang antar kota antar provinsi dan penumpang pariwisata ini memilih bergabung karena ada peluang kepastian dari menjadi operator bus bantuan dari Kementerian Perhubungan.

“Dengan situasi begini [pandemic Covid-19]. Ini salah satu exit point karena ada kepastian pembayaran. Ini kan [pendanaanya] dari APBN bukan APBD Bali,” jelasnya ditemui di sela-sela peluncuran Trans Metro Dewata di Denpasar, Senin (7/9/2020).

Edi yang juga Ketua Organda Bali ini menegaskan sebagai operator, pihaknya berinvestasi untuk seluruh bus yang dioperasikan. Adapun nilai investasi setiap bus mencapai Rp900 juta per unit. Rencananya hingga akhir tahun ini, pihaknya menyediakan sebanyak 105 unit bus.

Dijelaskan olehnya, Trans Metro Dewata jauh berbeda dengan Trans Sarbagita. Bali memiliki layanan Trans Sarbagita sejak beberapa tahun lalu, tetapi kini sudah tidak aktif lagi karena pemprov Bali memutuskan menghentikan layanannya karena harus mensubsidi setiap tahun.

Trans Metro Dewata, kata Edi, memberikan kepastian bagi operator karena mereka tidak perlu mencari penumpang untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional. Skema ini disebut dengan skema pembelian layanan (buy the service). Dengan skema ini, kementerian perhubungan akan membayar kepada operator berdasarkan per kilometer panjang layanan angkutan bus yang beroperasi.

Edi tidak menyebutkan jarak tempuh setiap bus per hari. Untuk per km, Kemenhub membayar senilai Rp7.000 per km dan Rp8.000 per km. Pembayaran itu akan menguntungkan operator karena mereka tidak harus mencari penumpang.

“Angka itu sudah masuk. Dari Rp7.000 pe per km itu sudah semua komponen baik sopir kanvas dll dan itu merupakan biaya operasi kendaraan atau BOK,” jelasya.

Dia mengaku Satria Trans Jaya mendapatkan hak kontrak single years pada tahun ini, dan akan berlanjut 3 tahun ke depan. Adapun nilai kontrak yang diperoleh pada tahun ini ditaksir mencapai Rp40 milair. Edi optimistis Trans Metro Dewata akan tetap beroperasi karena memiliki layanan interval waktu yang lebih dekat, yakni setiap 7 menit bus akan berangkat sehingga mempersempit waktu. Keunggulan lainya adalah sistem bus tidak berhenti di halte, melainkan di stopper karena dimensi bus menggunakan low deck.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Feri Kristianto
Editor : Feri Kristianto
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper