Bisnis.com, DENPASAR - Bali sangat membutuhkan investor tempat pengelohan sampah medis karena saat ini produksinya cukup banyak dan untuk sementara terpaksa dikirimkan ke luar daerah.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Bali, diperkirakan total produksi sampah medis yang dihasilkan dari 60-an rumah sakit, 200 klinik, dan 120 puskesmas di Pulau Dewata sebanyak 3 ton per hari atau 90 ton per bulan. Untuk sementara seluruh sampah medis tersebut “diekspor” ke Jawa Barat menggunakan jasa kurir.
“Dampaknya, harga untuk mengelola sampah medis itu menjadi mahal karena menggunakan transporter dan pengelola daerah lain,” jelas Kadis Kesehatan Bali Ketut Suarjaya, Jumat (4/5/2018).
Menurutnya, kerja sama dengan transporter dan pengelola sampah medis merupakan kerja sama pemda dengan pengelola. Cara ini dilakukan sebagai solusi sementara. Suarjaya mengharapkan ada investor yang berkenan membangun pengolahan sampah medis.
Berdasarkan RTRW Bali, Kecamatan Negara di Kabupaten Jembrana dan Kecamatan Gerokgak di Kabupaten Buleleng dimungkinkan untuk dibangun pengolahan sampah medis. Diakuinya, perizinan membangun sarana tersebut sangat ketat dan harus mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Suarjaya menyakini keberadaan tempat pengolahan sampah medis akan sangat membantu daerah memerangi sampah medis yang jumlahnya terus bergerak naik. Selain itu, keberadaan fasilitas ini akan menekan biaya operasional rumah sakit karena lebih hemat.
Baca Juga
“Harapannya ada dan mudah-mudahan terealisasi. Kami sangat mendukung jika ada investor yang berencana membangun. Keberadaan fasilitas ini akan memudahkan pengelolaan dan mengantisipasi tindak terjadinya kebocoran,” jelasnya.