Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jembrana Pelajari Potensi Salak, Petaninya Diklaim Temukan Varietas Baru

Kabupaten Jembrana, Bali akan mempelajari potensi pengembangan budidaya buah salak karena salah seorang petaninya diklaim menemukan varietas baru yang cocok untuk daerah ini.
Pemerintah Kabupaten Jembrana, Bali sedang mempelajari potensi pengembangan budidaya buah salak./Istimewa
Pemerintah Kabupaten Jembrana, Bali sedang mempelajari potensi pengembangan budidaya buah salak./Istimewa

Bisnis.com, DENPASAR — Kabupaten Jembrana, Bali akan mempelajari potensi pengembangan budidaya buah salak karena salah seorang petaninya diklaim menemukan varietas baru yang cocok untuk daerah ini.
 
Kepala Dinas (Kadis) Pertanian Pangan Jembrana I Wayan Sutama mengatakan tanaman salak bukan komoditas unggulan di Jembrana. Masyarakat di kabupaten ini diakui belum familiar menanam salak, tidak seperti halnya dengan cengkeh, vanili, ataupun kakao. 

Tanaman ini juga sangat tergantung unsur hara sehingga hasil dari satu daerah dengan daerah lainnya belum tentu sama.
 
Namun, pihaknya akan segera berkordinasi dengan balai besar perkebunan menyusul keberhasilan seorang petani di Desa Penyaringan mengembangkan salak hasil mengawinkan salak Pondoh dengan salak Karangasem. Salak tersebut dinamakan salak gatri.

Menurutnya, kewenangan penetapan varietas ada di institusi tersebut.
 
“Kami sudah mengajukan beberapa varietas lokal Jembrana untuk didaftarkan seperti pisang kayu, pisang lumut, deruju, kelapa genjah merah, serta kelapa genjah hijau. Tentunya, potensi lokal seperti salak gatri ini akan kami dukung sebagai potensi pertanian Jembrana sehingga bisa dikembangkan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (3/10/2018).

Petani yang berhasil membudidayakan salak gatri adalah  I Made Sunarya, warga Banjar Tibu Beleng Tengah, Desa Penyaringan Mendoyo.
 
Salak ini merupakan hasil perkawinan bibit jantan dengan betina (salak pondoh dengan salak Bali) yang diperoleh dari halaman rumahnya. Salak gatri diklaim memiliki rasa mirip salak pondoh, tetapi tekstur buahnya lebih lembek seperti salak Bali dan ukurannya lebih besar. 
 
Dia mengungkapkan dari sekitar 150 pohon yang berhasil dibudidayakan, setiap tiga bulan dia mampu memanen sebanyak 150 kilogram (kg) salak yang dijual dengan harga Rp15.000 per kg. Sunarya menuturkan saat musim hari raya tiba  pesanan salaknya yang datang cukup  banyak  sehingga merasa kewalahan.
 
 “Saya belum bisa memenuhi untuk pasar luar, baru di seputaran Jembrana saja. Lahan yang saya miliki juga tidak luas, sekaligus sebagai tempat tinggal, ” ujar bapak dua anak ini.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Feri Kristianto
Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper