Bisnis.com, DENPASAR — Digitalisasi atau pemanfaatan teknologi digital diharapkan bisa menjadi trigger pertumbuhan ekonomi Bali sehingga bisa lebih seimbang dan tidak bergantung pada satu sektor saja.
Ekonomi Bali yang tumbuh 5,72% pada 2023, masih didorong oleh pulihnya sektor pariwisata pasca pandemi. Hal ini memperlihatkan Bali masih bergantung pada sektor tersebut walaupun dan menunjukkan diversifikasi ekonomi Bali masih jalan di tempat. Sektor pariwisata juga sudah didukung dengan digitalisasi yang baik mulai dari sistem informasi wisata hingga sistem pembayaran digital.
Selain sektor pariwisata, digitalisasi sektor penting lainnya di Bali juga harus dipercepat. Menurut Bank Indonesia, digitalisasi sektor pertanian juga perlu dipercepat karena sektor ini merupakan sektor terbesar nomor dua setelah pariwisata.
Kepala Grup Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) Bank Indonesia, Fitria Irmi Triswati menjelaskan pertanian di Bali harus dibangun dengan modern agar mampu bersaing dengan sistem pertanian di negara maju.
"Jadi jangan kalah dengan petani Florida, mereka sudah punya website sudah dari dulu, mereka punya pasar secara elektronifikasi, jadi kita jangan mau kalah, Bali harus seperti itu," jelas Fitria saat mengisi Talkshow Baligivaton, Rabu (24/4/2024).
Digitalisasi memang belum menyentuh semua petani di Bali. Baru sedikit petani yang memanfaatkan teknologi digital seperti Plaga Farm, sebuah perusahaan pertanian modern yang dikembangkan I Gede Bingin Mustika. Sebagian besar masyarakat Bali masih bertani dengan konvensional.
Baca Juga
Digitalisasi telah menjadi sebuah prime mover Tahun 2023, pertumbuhan Ekonomi Bali mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,72% (yoy) dengan sektor penggerak utama di lapangan usaha terkait pariwisata. Selain itu, Pada 2024 Bank Indonesia memproyeksikan ekonomi Bali diperkirakan mampu tetap tumbuh kuat di kisaran 5,0-5,8%.
PJ Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya menjelaskan perlu upaya mendorong semua pihak berpartisipasi aktif melakukan inovasi digital dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di Bali. Menurutnya bila saat ini ekonomi digital baru menyumbang 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia maka kita perlu menargetkan ekonomi digital menyumbang 18% dari total PDB di tahun 2030.
"Transformasi digital memerlukan komitmen yang kuat, kolaborasi dan sinergi antara semua pihak. Untuk itu mari kita bersama ngrombo mengakselerasi transformasi digital, transformasi digital ini merupakan salah satu kunci untuk mencapai kemajuan dalam semua bidang kehidupan. Dalam era digital saat ini, transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan keharusan,” jelas Mahendra