Bisnis.com, DENPASAR - Bank Indonesia mendorong terbangunnya ekosistem sektor padat karya yang bisa membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat dan melepas ketergantungan dari sektor pariwisata saja.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Butet Linda H. Panjaitan, menjelaskan pentingnya sektor padat karya sebagai upaya diversifikasi ekonomi dari sektor pariwisata yang selama ini menjadi andalan Bali.
Seperti diberitakan sebelumnya, sektor pariwisata menjadi tumpuan dengan kontribusi 38% terhadap ekonomi Bali. Kondisi itu membuat ekonomi Bali rentan terhadap tekanan dari eksternal.
Sektor padat karya yang cocok dikembangkan menurut Bank Indonesia antara lain agrowisata, agroindustri, dan industri kreatif di Bali Utara.
Untuk mendorong sektor padat karya, Butet menyampaikan agar fokus pada peningkatan kualitas pariwisata, mendorong perlindungan lahan pertanian dan penguatan pertanian organik, serta pengembangan industri kecil-menengah berbasis ekonomi kreatif.
"Untuk memperluas akses pembiayaan, Bank Indonesia akan terus mendorong perbankan dan pelaku usaha untuk mengoptimalkan kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (ILM) melalui penyaluran kredit ke sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan padat karya, memperkuat peran Penjaminan Kredit Daerah (Jamkrida) dalam penyaluran kredit ke UMKM, serta memperkuat ekosistem investasi di Bali untuk meningkatkan pembiayaan dari sektor non-Pemerintah," ucap Linda kepada media dikutip Rabu (26/2/2025).
Baca Juga
Pengamat Ekonomi Universitas Pendidikan Nasional, Ida Bagus Raka Suardana, menjelaskan Bali cocok dalam pengembangan industri garam, rumput laut, hingga perikanan cocok dikembangkan lebih lanjut.
"Bali dapat menjadi sentra produksi garam berkualitas ekspor, sementara Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) dapat berperan sebagai produsen rumput laut berkualitas tinggi untuk memasok industri turunan di Jawa dan Makassar. Sektor perikanan di Bali dan sekitarnya memiliki keunggulan produk yang berpotensi diekspor atau dikembangkan hilirisasinya, baik dalam skala industri menengah besar maupun UMKM," ucap Suardana.
Dengan fokus pada pengembangan sektor-sektor padat karya yang sesuai dengan potensi lokal, diharapkan Bali dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mengurangi tingkat pengangguran, dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta inklusif.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran di Bali sekitar 1,79%, pengangguran tertinggi ada di Kota Denpasar dengan presentase 2,11%, disusul Kabupaten Buleleng 2,06%.
Tingkat pengangguran tersebut lebih rendah jika dibandingkan 2023 sebesar 2,69% dan di 2022 yang mencapai 4,8%.