Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Upaya Membebaskan Kawasan Pariwisata Bali dari Polusi Rokok

Pelaku pariwisata di Bali mulai berupaya meminimalisir dampak polusi tembakau atau asap rokok di kawasan pariwisata dan fasilitas umum.
Pelaku pariwisata di Bali mulai berupaya meminimalisir dampak polusi tembakau atau asap rokok di kawasan pariwisata dan fasilitas umum untuk menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan / Bisnis-Harian Noris Saputra
Pelaku pariwisata di Bali mulai berupaya meminimalisir dampak polusi tembakau atau asap rokok di kawasan pariwisata dan fasilitas umum untuk menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan / Bisnis-Harian Noris Saputra

Bisnis.com, DENPASAR - Pelaku pariwisata di Bali mulai berupaya meminimalisir dampak polusi tembakau atau asap rokok di kawasan pariwisata dan fasilitas umum untuk menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan. 

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di berbagai destinasi di Bali terus diperketat, terutama destinasi yang banyak dikunjungi oleh anak-anak atau keluarga. Begitu juga di sebagian hotel yang sudah mulai melarang tamu merokok di dalam kamar.

Direktur Eksekutif BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Ida Bagus Purwa Sidemen menjelaskan banyak hotel juga melarang karyawannya merokok selama bekerja di area hotel untuk menjaga kebersihan udara dan kenyamanan tamu.

Akan tetapi, Purwa menjelaskan perilaku merokok bisa juga datang dari wisatawan sendiri. Hal itu agak sulit dikendalikan karena menyangkut kebiasaan.

Namun jika asap rokok tidak diatur, dikhawatirkan akan berdampak ke tamu lainnya yang tidak merokok.

Menurutnya inovasi yang dapat diimplementasikan pelaku perhotelan di Bali adalah bisa menerapkan area untuk menggunakan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik.

"Dengan semakin banyaknya wisatawan, muncul berbagai karakter dan kebiasaan, termasuk perilaku merokok yang dapat menyebabkan polusi udara sehingga mengganggu kenyamanan lainnya, baik di tempat umum maupun di sekitar hotel. Salah satu inovasi yang dapat diimplementasikan pelaku perhotelan di Bali adalah bisa menerapkan area untuk menggunakan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik, sehingga diharapkan dapat tetap ramah terhadap wisatawan," ucap Purwa dalam Forum Group Discussion (FGD) tentang bahaya polusi tembakau dikutip Kamis (10/10/2024). 

Purwa juga menjelaskan tingkat hunian kamar hotel di Bali yang sudah mencapai 80% perlu dijaga dengan membangun kesepahaman tentang keamanan dan kenyamanan bagi para pemangku usaha.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan seperti menciptakan lingkungan yang aman dan membuat wisatawan merasa disambut dengan hangat.

Selain itu perlu adanya penyediaan infrastruktur yang memadai, layanan yang ramah dan profesional, menjaga kebersihan serta kelestarian lingkungan, dan menghindari kepadatan serta polusi dari dilakukan wisatawan agar tetap dapat menikmati Bali tanpa gangguan. 

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan mancanegara di Bali pada Agustus 2024 mencapai 616.641 orang atau meningkat 18,10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sekitar 522.141 kunjungan.

Secara akumulatif, jumlah turis asing pada Januari-Agustus 2024 sudah mencapai 4.155.540 orang. Jumlah tersebut naik 21,55% dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang sebesar 3.418.667 orang. 

Guru Besar FKG UNPAD, Amaliya menjelaskan pengurangan bahaya tembakau merupakan pendekatan kesehatan publik untuk mengurangi risiko kesehatan dan sosial dari kegiatan maupun penggunaan zat tertentu.

Dalam konteks pariwisata Bali, salah satu implementasi dari konsep ini dengan memanfaatkan rokok elektronik.

Produk tersebut menerapkan sistem pemanasan pada nikotin cair atau tembakau sehingga menghasilkan uap atau aerosol, dan tidak menghasilkan asap seperti rokok. Berkat penerapan sistem pemanasan, potensi risiko kesehatan turun 90% dibandingkan dengan rokok.

Sejumlah negara maju seperti Swedia, Jepang, Inggris, dan Selandia Baru sudah mendukung penggunaan rokok elektronik maupun produk tembakau alternatif lainnya seperti kantong nikotin. 

"Uap atau aerosol yang dihasilkan produk tembakau alternatif tidak mengandung TAR. Sedangkan asap dari rokok yang dibakar mengandung TAR, zat yang menimbulkan risiko bagi lingkungan sekitar. Jadi uap atau aerosol berbeda dengan asap rokok. Dengan tidak menghasilkan TAR, produk tembakau alternatif memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih rendah daripada rokok," kata Amaliya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper