DENPASAR—Gersang dan kering kerontang serta susah untuk dijadikan sebagai lokasi hunian. Inilah anggapan masyarakat dulu terhadap Desa Jimbaran, Kabupaten Badung. Desa ini berada di sisi selatan Pulau Bali. Topografi wilayah dengan tanah kapur menjadi alasan munculnya anggapan tersebut.
Namun, siapa sangka di sudut tepi desa ini terdapat oase sebuah kawasan yang mungkin bisa disebut sebagai satu-satunya hunian modern mengadopsi konsep aristektur Bali Aga. Bali Aga merupakan budaya asli Bali karena keberadaanya ada sebelum pengaruh Majapahit masuk ke pulau ini. Saat ini, beberapa desa Bali Aga yang masih eksis adalah Desa Trunyan, dan Desa Tenganan. Ada 26 desa jumlah resmi desa Bali Aga di Bali yang diakui oleh pemerintah dan masyarakat Adat.
Suku Bali Aga taat aturan adat (awig – awig) yang meliputi aturan pemakaman, aturan pengelolaan sumber daya alam, larangan pindah agama, dan aturan pendirian bangunan. Ini yang menjadikan lingkungan tempat tinggal Bali Aga menjadi unik, misalnya penataan desa dan arsitektur tempat tinggal penduduknya. Biasanya deretan rumahnya bermodel sama, dikelilingi pepohonan rindang. Suku Bali Aga memang sangat menjaga alam semesta, hingga hari ini melindungi dan melestarikan hutan adat.
Masyarakat mengelola hutan dengan sangat baik, tak ada yang boleh menebang pohon sembarangan. Arsitektur desa Bali Aga meliputi bentuk, ukuran, pekarangan, letak bangunan, dan pura selalu merujuk pada penghormatan pada aturan adat. Suku Bali Aga juga memegang teguh prinsip Tri Hita Karana, yang berarti hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan. Orang Bali Aga juga biasanya membangun balai desa sederhana di tengah – tengah permukimannya.
Konsep hunian Bali Aga itu pula yang kini dihadirkan oleh Natadesa Resort Residence di Jimbaran. Lokasinya masih berada di seputaran Hotel Ayana Resort. Bai penikmat pantai tersembunyi, lokasi kawasan ini dekat dengan Honeymoon Beach, Jimbaran. Natadesa Resort Residence merupakan hunian eksklusif yang terdiri dari 20 unit Premium Villa, yang dibangun di atas lahan seluas 1,7 hektare, dengan design tropical modern, yang terinspirasi oleh alam dan harmoni desa Bali.
Begitu melangkah masuk ke Natadesa, kita disambut oleh suasana yang tenang dan teduh. Kawasan hunian ini menggabungkan keindahan alam, desain modern, dan nilai-nilai budaya Bali, menciptakan pengalaman yang unik dan memikat. Terletak di kawasan Jimbaran yang strategis, Natadesa menawarkan konsep hunian tropis modern yang berpadu dengan nuansa desa tradisional Bali Aga.
Saat berjalan-jalan di Natadesa, kita akan menemukan deretan rumah modern dengan desain khas Bali yang menampilkan arsitektur tropis. Setiap area terbuka dipenuhi pohon-pohon rindang yang terjaga perawatannya, menciptakan lingkungan yang sejuk dan asri. Desain Natadesa yang mengacu pada prinsip desa Bali Aga menciptakan tata letak bangunan yang proporsional dan harmonis. Arsitektur ini menonjolkan keindahan dengan menggabungkan bangunan utama dan kamar tidur yang terpisah, serta konsep "minim tembok" yang memungkinkan lebih banyak ruang terbuka dan sirkulasi udara yang baik.
PT Jimbaran Hijau, pengembang di balik Natadesa, menjawab tantangan untuk menciptakan hunian yang tidak hanya mewah tetapi juga menghormati dan melestarikan budaya lokal.
"Prinsip di balik pengembangan kawasan ini lahir dari harapan untuk merawat kebudayaan Bali dan kelestarian alamnya," kata CEO PT Jimbaran Hijau Agung Prianta ujarnya, Minggu (25/8/2024).
Melalui Natadesa, mereka menunjukkan bagaimana desain modern dapat berkolaborasi dengan nilai-nilai tradisional untuk menciptakan lingkungan hunian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Komitmen terhadap kelestarian lingkungan terlihat jelas dalam setiap aspek desain Natadesa. Penggunaan genteng dari bitumen, yang tahan lama lebih dari 25 tahun, adalah salah satu contoh bagaimana Natadesa menerapkan praktik ramah lingkungan. Sebelumnya, kawasan di mana Natadesa dibangun juga menerima sertifikasi Greenship Platinum Neighborhood dengan nilai tertinggi pertama di Bali dari Green Building Council Indonesia dan World Green Building Council.
Keunggulan desain Natadesa juga telah diakui di tingkat internasional dari salah satu penghargaan prestisius di bidang properti. Belum lama ini, Natadesa memenangkan International Asia Pacific Property Awards 2024-2025 untuk kategori Five Stars Winner (Best Region – Indonesia) Architecture Multiple Residence Indonesia, dan sebagai award winner untuk kategori Residential Development 20+ Units, dan Interior Private Residence untuk Natadesa Lot 11. Penghargaan ini menegaskan kualitas dan dedikasi PT Jimbaran Hijau dalam menciptakan hunian yang indah dan fungsional.
Menurut Agung Prianta Natadesa saat ini telah menyelesaikan pembangunan fase pertama, dengan empat tipe hunian yang nama-namanya terinspirasi dari kain tradisional Bali seperti Ende, Rangrang, Songket, dan Gringsing. Pada fase kedua, yang mencakup tiga tipe hunian yang namanya diambil dari seni tari tradisional Bali seperti Janger, Pendet, dan Legong.
“Penamaan ini memperkaya pengalaman tinggal di Natadesa dengan cerita dan makna budaya yang mendalam,” jelasnya.
Ketua DPD REI Provinsi Bali, Anak Agung Ngurah Made Setiawan, mengungkapkan villa masih menjadi produk yang sangat diminati di Bali. Menurutnya, puluhan villa yang disiapkan oleh pengembang sudah habis terjual. Pembeli mayoritas masyarakat luar Bali terutama dari Jakarta seperti pengusaha hingga artis, kemudian keluarga campuran atau orang asing yang menikah dengan warga Indonesia. Kawasan favorit yang diburu oleh pembeli yakni Nusa Dua, Jimbaran, Sanur, hingga Ubud. Kisaran harga villa yang banyak laku mulai dari Rp2,2 miliar hingga Rp5 miliar, dengan luas bangunan bervariasi mulai dari 100 meter2 hingga 500 meter2. Penjualan ini diyakini akan terus meningkat jika minat orang kaya di dunia untuk memegang golden visa meningkat.
“Golden visa bisa menjadi momentum emas bagi penjualan maupun penyewaan properti di Bali dalam jangka panjang. Hal ini harus dimanfaatkan pengembang properti Bali dengan menyiapkan properti representatif atau sesuai dengan kebutuhan pemegang golden visa,” jelasya kepada Bisnis.
Kepala BI Perwakilan Bali Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bal Erwin Soeriadimadja menambahkan saat ini harga properti dibali mula meningkat. Dia menjelaskan peningkatan harga properti komersial turut didorong peningkatan aktivitas pariwisata pada kuartal II/2024 seiring dengan adanya periode high season dan liburan sekolah anak. Hal tersebut tecermin dari permintaan properti di Bali yang ditunjukkan pertumbuhan Indeks Permintaan Properti sebesar 5,51% (YoY) pada kuartal II/2024. Adapun peningkatan permintaan properti terjadi pada sewa perkantoran sebesar 33,81% (YoY), sewa ritel sebesar 23,96% (YoY), dan hotel 3,17% (YoY).