DENPASAR—Kabupaten Jembrana memulai babak baru penanganan sampah dengan mengirimkan hasil pengolahan sampah berupa refuse devired fuel atau RDF seberat 12 ton ke Jawa Timur.
RDF tersebut merupakan produksi dari pengolahan sampah di PT Wisesa Global Solusindo yang mengelola TPA di Desa Kaliakah, Kabupaten Jembrana. Bupati Tamba mengatakan, masalah sampah bertahun - tahun belum ada solusi maksimal, sehingga menimbulkan tumpukan sampah. Tidak hanya dialami oleh Jembrana, tetapi semua kabupaten lain di Bali dan Indonesia.
”Dengan upaya mengatasi sampah eksisting menjadi RDF ini saya yakin solusi bisa mengatasi tumpukan sampah ini,” jelasnya dikutip dari siaran pers, Kamis (22/08/2024).
Sama seperti daerah lain di Indonesia, Jembrana mengalami persoalan pelik soal sampah. Ini disebabkan kondisi TPA eksisting sudah semakin overload akibat tidak sebandingnya volume dengan luasan lahan. Untuk mengatasi persoalan tersebut, kabupaten paling ujung barat Bali ini menggandeng swasta mengolah sampah di TPA Peh.
Diestimasikan dengan pengolahan, sebanyak 75.000-100.000 ton sampah di TPA Peh bisa dikurangi dengan mengubahnya menjadi refuse derived fuel (RDF). Dia meyakini , dalam empat tahun kerjasama ini berjalan baik mampu menuntaskan tumpukan gunung sampah diTPA Peh yang diestimasi mencapai 100 ribu ton.
Saat ini, peralatan dari pihak ketiga sudah cukup memadai, hanya perlu beberapa peralatan tambahan. Bupati Tamba sudah meminta Penjabat Gubernur Bali agar mengalokasikan BKK Provinsi Bali untuk menambah peralatan tahun anggaran perubahan 2024. ”Pj Gubernur sudah setuju,” imbuhnya.
Baca Juga
Tamba mengklaim sudah banyak kabupaten lain yang akan datang untuk melihat RDF ini. Namun sementara belum menerima kabupaten lain yang akan melihat proses pengolahan RDF. Dia menyampaikan, saat ini masih belum mencapai target permintaan volume RDF. Tetapi nantinya setalah ada penambahan bisa mencapai target volume harian permintaan pihak ketiga yang akan membeli RDF.
”Ini merupakan pilot project. Upaya mewujudkan program ini, bukan pekerjaan mudah. Prosesnya selama setahun lebih, hingga akhirnya ada kerjasama dengan pihak ketiga yang bersedia bekerjasama menyediakan peralatan, tanpa harus mengeluarkan anggaran daerah,” ungkapnya.
Direktur Manufacturing SBI Soni Asrul Sani mengatakan , pihaknya sudah memberikan spesifikasi dibutuhkan. Karena itu Ia berharap produk RDF dari TPA ini menghasilkan kadar tertentu yang bisa diterima standar pabrik .
“ Kedepan seperti yang bapak bupati bilang 4 tahun cepat atau lambat tapi kalau bisa ya dipercepat teratasinya . Karena kami punya komitmen energi terbarukan dan satu lagi energi terbarukan ini juga merupakan program suistainablity di pabrik kita yang harus kami jalankan," jelasnya.