Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Travel Agent Sebut Banyak Wisman Keluhkan Masalah Sampah dan Kemacetan di Bali

Wisatawan mancanegara mulai mengeluhkan masalah lingkungan di Bali terutama soal sampah dan kemacetan yang mengganggu aktivitas pariwisata.
Wisatawan menikmati suasana matahari terbenam di Pantai Kuta, Bali./JIBI-Rachman
Wisatawan menikmati suasana matahari terbenam di Pantai Kuta, Bali./JIBI-Rachman

Bisnis.com, DENPASAR - Wisatawan mancanegara mulai mengeluhkan masalah lingkungan di Bali terutama soal sampah dan kemacetan yang mengganggu aktivitas pariwisata. 

Keluhan para wisatawan tersebut biasanya disampaikan oleh agen travel yang membawa mereka berwisata ke Pulau Dewata. Paling banyak keluhan datang dari wisman yang memang memperhatikan standar kebersihan lingkungan di destinasi wisata yang mereka tuju.

Pemilik Intrepid Travel, salah satu agent travel skala global, Darrel Wade menjelaskan sebenarnya Bali masih sangat diminati oleh wisman, khususnya wisman yang ingin datang untuk berpetualang menikmati keaslian budaya dan alam Bali. 

Darrel menyebut masalah sampah dan polusi yang ditimbulkan oleh padatnya aktivitas kendaraan menjadi keluhan paling banyak diterima dari klien mereka. "Pada prinsipnya semua klien kami happy berwisata ke Bali, akan tetapi klien kami sangat memperhatikan masalah sampah dan polusi (di Bali)," jelas Darrel kepada media dikutip Kamis (7/3/2024). 

Menurutnya, masalah tersebut harus segera diatasi oleh pemerintah daerah jika ingin Bali tetap menjadi wisata favorit masyarakat global dan menjadi pariwisata berkelanjutan. Darrel menyebut retribusi wisatawan US$10 atau Rp150.000 yang baru saja diberlakukan oleh Pemerintah, harus dialokasikan untuk mengatasi sampah dan polusi. 

Sebagai travel agent yang sudah lama beroperasi di Bali, Darrel mendukung pungutan wisatawan tersebut, asal dikelola secara transparan dan untuk pembangunan Bali secara berkelanjutan seperti dialokasikan untuk mengatasi polusi dan sampah. Bagi dia, sudah sewajarnya masyarakat Bali mendapat keuntungan dari aktivitas pariwisata melalui retribusi tersebut.

Hanya saja Darrel menyarankan metode pungutannya bisa lebih soft, misalnya dengan menyisipkan pajak tersebut di pembayaran tiket pesawat atau di pembayaran hotel. Menurutnya metode seperti ini banyak dilakukan di negara lain seperti Australia. 

"Pajak tersebut sangat, tidak ada salahnya komunitas lokal mendapatkan keuntungan dari pariwisata. Sekarang bagaimana penggunaannya bisa mengatasi masalah dasar, seperti yang banyak kami bicarakan dengan berbagai pihak terutama soal macet, sampah dan peningkatan fasilitas kesehatan," kata Darrel. 

Masalah sampah dan macet memang masih menjadi masalah lama yang belum terselesaikan dengan baik, dibangunnya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) belum menuntaskan masalah, apalagi TPST Kertalangu yang sempat diresmikan oleh Presiden Jokowi ternyata belum beroperasi secara optimal.

Seperti yang diberitakan Bisnis sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata, Tjok Bagus Pemayun menyebut pajak wisatawan atau tourism levy ini akan dialokasikan untuk mengatasi masalah sampah dan pengembangan budaya Bali. 

Khusus masalah kemacetan, Pemprov bersama pemerintah pusat sedang merancang pembangunan subway atau kereta listrik bawah tanah dari Bandara Ngurah Rai ke Kuta hingga Seminyak. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper