Bisnis.com, DENPASAR - Harga beras di tingkat pengecer di Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai meroket padahal kurang dari satu bulan masyarakat memasuki bulan Ramadhan dimana kebutuhan bahan pokok seperti beras biasanya akan meningkat.
Di tingkat pengecer atau di toko di desa - desa di NTB, seperti pantauan bisnis di salah satu toko sembako di Lombok Timur, harga beras sudah tembus Rp18.000 per kg untuk beras premium, padahal beberapa minggu lalu harga beras jenis ini masih Rp16.000 per kg, kenaikan terjadi justru pasca Pemilu 2024 yang digelar pada 14 Februari 2024.
Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium memang tidak diatur seperti HET beras medium, akan tetapi beras premium juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat, terutama pelaku usaha kuliner di NTB.
Walaupun sudah diatur, harga beras medium di NTB juga sudah di atas HET, seperti yang ditetapkan pemerintah, HET beras premium Rp14.800, akan tetapi harga beras di medium di tingkat pengecer sudah tembus Rp15.000. Upaya pemerintah maupun Bulog melalui pasar murah rupanya tidak efektif dalam mengendalikan harga beras.
Untuk harga di tingkat pengecer di dalam pasar, harga beras premium sudah mencapai Rp16.000. Kemudian harga beras medium Rp14.000 per kg. Pj Bupati Lombok Timur, M Juaini Taofik menjelaskan harga beras memang mengalami kenaikan baik terutama beras jenis premium.
"Beras premium minggu lalu masih Rp15.000, sekarang sudah di angka Rp16.000, ada kenaikan seperti yang terpantau di pasar Paok Motong, Lombok Timur," jelas Taofik dari keterangan resminya, Senin (19/2/2024).
Baca Juga
Dari sisi produksi, NTB sebenarnya merupakan daerah surplus beras. BPS mencatat produksi beras pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk diperkirakan sekitar 880.990 ton, mengalami kenaikan sebanyak 53.470 ribu ton atau 6,46% dibandingkan produksi beras di 2022 yang sebesar 827.520 ton. Luas panen padi pada 2023 diperkirakan sekitar 288.370 hektar, mengalami kenaikan sebanyak 18.280 ribu hektare atau 6,77% dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebesar 270.090 hektare.
Kenaikan harga beras di NTB ini juga dipicu oleh gagal panen di sejumlah daerah penghasil padi, seperti di Kabupaten Sumbawa. Banjir besar yang melanda Sumbawa beberapa waktu lalu mengakibatkan banyak lahan padi yang akan siap panen terendam dan menyebabkan gagal panen.