Bisnis.com, JAKARTA - G3N Project x Studio Jeihan membuka perhelatan solo exhibition 64 karya maestro lukis Jeihan Sukmantoro di Museum Puri Lukisan Ubud, Bali, Minggu (10/12/2023).
Konsistensi melukis selama 50 tahun lebih dengan tehnik dan ciri khas figur “mata hitam” membuat pameran ini dihadiri berbagai seniman, pejabat daerah, dan kolektor seni dari dalam dan mancanegara.
Seluruh lukisan karya Jeihan yang merupakan koleksi dari G3N Project dan kolektor seni Daniel Jusuf tertata dengan rapi dan runtut, mulai karya dari sekitar tahun 1950-an, hingga yang terbaru karya 2016.
"Bisa dibilang kali ini yang terlengkap. Kami menyebutnya, pameran retrospektif, dimana kita bisa melihat karya Jeihan di era sebelum figur dengan "mata hitam" muncul. Ini sekaligus menjawab keraguan banyak orang, yang mengira jika tokoh "mata hitam" atau "black eye" yang menjadi ciri khas Jeihan muncul karena ketidakmampuan Jeihan mengekspresikan objek lukisnya lewat mata," terang General Manager G3N Project Andry Ismaya Permadi dalam keterangan tertulis kepada Bisnis, Senin (11/12/2023).
Sosok "mata hitam" yang menjadi ciri khas pelukis kelahiran Surakarta, 26 September 1938 itu muncul di era sesudah 1965. Jauh sebelum itu, karya Jeihan yang realis ditampilkan dengan mata yang indah.
Jadi, Jeihan memang sengaja memunculkan sosok "mata hitam" sebagai bagian dari ciri khas karya-karyanya dan dianggap mampu lebih dalam mengekspresikan karya-karyanya.
Baca Juga
Meski sempat dicibir orang, bahkan dihina banyak kalangan, pemilik nama Tionghoa Lim Tjeng Han itu tetap memegah teguh style melukisnya, hingga akhir hayatnya, pada 2019 silam.
Sosok seniman dengan keteguhan prinsip seperti itu, tidak banyak. “Jadi, jangan mengaku kolektor seni, jika belum mengoleksi karya Jeihan,” tegasnya.
Maka itu, sebagai apresiasi terhadap Museum Puri Lukisan Ubud yang telah bersedia menjadi tuan rumah bagi pameran tunggal Jeihan, kolektor seni Daniel Jusuf turut menyumbang salah satu koleksi karya Jeihan miliknya.
Lukisan cat minyak berdimensi 98 cm x 80 cm karya 1969 itu diserahkan langsung kepada Penglingsir Puri Agung Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati untuk menjadi koleksi Museum Puri Lukisan Ubud.