Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada FishGo Nelayan Langsung Go

Aplikasi ini menggunakan teknologi sensor jarak jauh dan algoritma yang memungkinkan Fishgo menentukan zona, waktu  dan rute terbaik bagi nelayan
Suasana di Pantai Kelan, Badung. bisnis/istimewa
Suasana di Pantai Kelan, Badung. bisnis/istimewa

Bisnis.com, DENPASAR—Senyum merekah tampak pada wajah Nyoman Sudiarta ketika jukung atau kapal tradisional miliknya mulai menepi di Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Jarum jam menunjukkan angka 06.30 Wita, ketika jukung yang dilengkapi mesin bertenaga 30PK itu membawa muatan ikan ke tepi pantai yang bersebelahan dengan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Berbagai jenis ikan ada pada kapal miliknya, termasuk ikan jenis layur dan kenyar. Ikan-ikan itu langsung diangkut ke timbangan yang berada tak jauh dari lokasi kapal menepi. Di dekat timbangan itu sudah menanti calon pembeli dan perwakilan dari perusahaan perikanan untuk kemudian dipasarkan ke sejumlah pusat kuliner hingga ekspor ke luar negeri. 

Nelayan berusia 67 tahun ini tersenyum ketika melihat timbangan menunjukkan angka 100 kg. Bukan tanpa sebab. Dari hasil ini, ia mampu menyisihkan cuan Rp300.000 setelah dipotong biaya bensin dan keperluan lainnya. Uang dari keuntungan tersebut akan ditabung. Rencananya untuk diinvestasikan menjadi aset.

“Dulu palingan sisa Rp50.000 setelah dipotong macam-macam,”ujar Ketua Kelompok Nelayan Samanjaya Desa Kelan in ketika ditemui Bisnis.

Momen kebahagiaan itu dialami oleh Sudiarta sejak 2020. Dia mengakui bahwa sejak tiga tahun lalu profesi nelayan bisa memberikan kesejahteraan. Bahkan, dari hasil mengumpulkan keuntungan tersebut, dirinya kini bisa membeli dua unit jukung. Satu jukung dengan perlengkapan lengkap seperti jaring 25 unit serta 2 unit mesin berkapasitas masing-masing 15 PK dibanderol dengan harga Rp100 juta.

Nyoman Sukadana, anggota Kelompok Nelayan Samanjaya Kelan, pun memberikan pandangan serupa. Dari hasil berprofesi sebagai nelayan, kini dirinya bisa menabung untuk pendidikan biaya sekolah anaknya dari hasil melaut.

Padahal, ia mengaku bahwa sebelum-sebelumnya, setiap hendak membayar uang sekolah, Nyoman selalu kesulitan. Musababnya, keuntungan dari melaut sangat tipis karena hasil tangkapan, dan pengeluaran bahan bakar tidak sepadan. Keterbatasan hasil tangkapan hanya cukup untuk membayar biaya bensin pinjaman dari pengepul ikan.

“Sekarang ada mulai perubahan,” jelasnya sembari sumringah.

Sudiarta dan Sukadana mewakili sejumlah warga di pesisir selatan Bandara Internasional I Gusti Ngurah yang tetap memilih menjadi pelaut di tengah-tengah ancaman hilangnya profesi ini lantaran  tawaran menggiurkan dari industri pariwisata.

Mereka tergabung dalam Kelompok Nelayan Samanjaya Kelan, Kerta Bali Kedonganan, dan Putra Bali Kedonganan. Anggota ketiga kelompok nelayan ini mencapai ratusan. Pangkalan kelompok nelayan ini ada di deretan kafe-kafe ikan di Kedonganan yang terkenal dengan kuliner ikan lautnya. Siapa sangka, kehadiran aplikasi Fishgo sejak 2019 bantuan dari Pemkab Badung ini mampu membawa perubahan kepada para nelayan di wilayah ini.

Hal itu, bahkan mulai tambah sejak tahun-tahun awal aplikasi ini beroperasi. Tepatnya sejak 2020 silam. Ketidakpastian nelayan di daerah pariwisata ini mulai berubah. Profesi yang harus menerjang gelombang, dan penuh ketidakpastian hasil tangkapan, lambat laun memberi harapan.

Aplikasi itu dilengkapi dengan koordinat tangkapan ikan untuk jenis lemuru, kenyar, dan tongkol. Selain itu, fitur aplikasi ini juga cukup lengkap dengan adanya data ketinggian ombak, cuaca, hasil tangkapan, hingga layanan darurat yang bisa dibuka menggunakan gawai pintar. Berbekal aplikasi ini, nelayan yang tergabung pada tiga kelompok itu bisa mengecek titik keberadaan ikan yang akan ditangkap.

“Biasanya sebelum berangkat, kami cek dulu nanti akan kelihatan dimana ada gerombolan ikannya. Jadi kami bisa tahu sebenarnya berapa lama bisa harus menuju situ,” ungkap Sudiarta.

Menurutnya, bantuan aplikasi ini sedikit demi sedikit mengubah nasib nelayan lainnya. Jika sebelumnya, untuk melaut harus mengandalkan pengalaman seperti melihat tanda burung serta riak-riak gelombang. Kini, mereka sudah tidak seperti serepot seperti itu lagi.

Nelayan hanya perlu cek keberadaan ikan di aplikasi, dan akan langsung mengunduhkan otomatis titik penangkapan. Dengan begitu, para nelayan memiliki kepastian lokasi yang dituju sehingga meningkatkan efisiensi jumlah bahan bakar yang konsumsi.

“Dulu sekali melaut karena tidak tahu ya harus kesana kesini untuk mencari titik ikannya, bahan bakarnya minimal harus siap sampai Rp500.000. Sekarang bisa hemat 30 persen, soalnya sudah jelas lokasi ikannya dimana ada,” ungkapnya Sudiarta.

Saat berburu ikan, para nelayan ini akan mengandalkan jukung yang menggunakan Fishgo. Nantinya jukung lain mengikuti, dan tidak perlu kesana kemari mencari titik ikan.Baik Sukadana maupun Sudiarta mengungkapkan bahwa tanpa pemanfaatan aplikasi ini, keduanya biasanya memerlukan waktu hingga 17 jam di lautan. Pasalnya, untuk sekali tebar jaring membutuhkan waktu 6 jam untuk melepas dan mengangkat.

Bahkan, jika tidak beruntung, dalam satu kali melaut harus melepaskan 3 kali jaring di tempat berbeda. Kini, karena aplikasi itu  sudah membantu, mereka cukup satu kali menempatkan jaring dan pukul 12 malam biasanya sudah mendapatkan tangkapan. Dengan begitu, nelayan tinggal menepi, dan beristirahat di jukung sambil menunggu pagi hari agar ada bantuan dari nelayan lain ketika di pinggir pantai. Hal ini memberikan nelayan waktu istirahat yang lebih banyak.

 Tak pelak, Sudiarta kini bisa menemani anak saat pagi hari bersekolah. Bahkan, terkadang ia juga bisa membantu pekerjaan istrinya hingga apabila ada kebutuhan terkait aktivitas desa adatnya.

“Dengan Aplikasi Fishgo, berangkat melaut pukul 4 sore dan pukul 6 saya sudah sampai di area penangkapan ikan. Pukul 11 malam kapal kami telah terisi ikan dan saya sudah dapat kembali ke pantai,” tambah Made Gita Adnyana nelayan dari Pantai Kedonganan.

Aplikasi Fishgo kini menjadi harapan baru bagi nelayan di wilayah Kabupaten Badung, yang merupakan jantung pariwisata Pulau Dewata. Nelayan di wilayah ini lambat laun menyusut akibat pesona sektor pariwisata yang kian memikat. Data BPS Kabupaten Badung menunjukkan bahwa total jumlah nelayan di daerah ini tersisa 2.045 orang, di mana sebanyak 889 orang merupakan nelayan penuh, dan sisanya nelayan sambilan. Usia mereka sebagian besar di atas 45 tahun.

Makin terbatasnya jumlah nelayan serta nelayan berusia muda dikhawatirkan bakal berdampak terhadap pasokan ikan lokal dan mengadalkan pasokan luar daerah. Padahal, Kabupaten Badung memiliki potensi besar perikanan tangkap. Daerah destinasi wisata inin membutuhkan pasokan banyak untuk pusat kuliner bagi wisatawan. Salah satu contohnya kafe-kafe di Kedonganan dan Jimbaran yang setiap malam ramai. Hanya saja, pasokan ikan untuk kuliner tersebut banyak didatangkan dari luar daerah seperti Banyuwangi. Pada sisi lain, ekspor perikanan dari Bali justru menjadi salah satu tulang punggung perekonomian. Akan tetapi peran nelayan begitu kecil karena dominasi kapal-kapal berukuran besar yang memiliki teknologi lebih lengkap.

Ada FishGo Nelayan Langsung Go

Potensial Angkat Perikanan Lokal

Potensi besar ini belum dapat dimanfaatkan secara baik oleh nelayan karena berbagai tantangan dan kendala. Bahkan perekonomian nelayan di pesisir Badung juga masih kalah dibandingkan warga di daratan meskipun berada di daerah potensial.

Disinilah Fishgo memainkan peran sentralnya dan diharapkan mampu membantu keberlanjutan nelayan sebagai profesi  yang menjanjikan. Fishgo sendiri merupakan besutan dari I Gede Merta Yoga Pratama. Aplikasi ini menggunakan teknologi sensor jarak jauh dan algoritma yang memungkinkan Fishgo menentukan zona, waktu  dan rute terbaik bagi nelayan tradisional untuk menangkap ikan.

Yoga mengungkapkan bahwa kehadiran  aplikasi ini berawal dari ketidaksengajaan ketika mendapatkan tugas kuliah untuk survei pemetaan masalah sosial ekonomi warga pesisir khususnya di Kedonganan dan Kelan hingga Jimbaran. Dari survei tugas kuliah itu, dia mendapati fakta bahwa hidup nelayan sangat kesusahan, karena hasil tangkapan tidak pasti. Problem lainnya, nelayan terjerat sistem pinjaman untuk membayar hutang akibat minimya hasil tangkapan.

 “Harga ikan Rp35.000  per kg itu jenis Kenyar, tapi dipotong bensin itu per kg mereka sisa Rp5.000 karena bayar bensin dibayarin bosnya. Soalnya dapat ikannya cuma 60 kg itu kan dapatnya Rp 300.000. Padahal itu mereka melaut bisa 3 hari,” ungkap alumni Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Udayana ini.

Pengalaman itu ditambah cerita pilu dari teman kuliah yang orang tuanya adalah nelayan. Yoga menuturkan ayah dari salah seorang temannya pernah hilang di daerah Seraya, Kabupaten Karangasem selama 3 hari. Bekal paduan pengalaman itulah Yoga memilih menindaklanjuti hasil survei yang pernah dilakukan. Pada 2016, ia akhirnya mencoba ikut lomba karya tulis untuk memberikan solusi pemecahan problem yang dihadapi nelayan. Adapun nama Fishgo muncul H-1 sebelum pemaparan makalah, berawal dari permainan Pokemon mengejar Pikacu. Saat bersamaan, tren start up berawalan kata Go juga sedang marak.

Karya tulis tersebut ternyata menjadi juara, dan mendapatkan hadiah Rp10 juta. Hadiah itu kemudian digunakan sebagai investasi untuk membangun aplikasi dari usulan karya tulis. Berbekal metode pengumpulan data saat kuliah, metode itu diterapkan untuk memasukan data-data perairan setempat.

Diakuinya, ketika awal-awal aplikasi jadi, tantangan terbesar datang dari nelayan. Tidak semua bersedia memakai, karena menganggap pengetahuan, dan pengalaman sebagai nelayan lebih bagus. Yoga tidak kehilangan akal. Berbekal uang hadiah, pemuda dari Desa Goblek, Kabupaten Buleleng ini memberikan suntikan ganti rugi bagi nelayan yang mau menggunakan aplikasi.

“Jadi kami itu sistem melautnya itu kalau gagal, kami tanggung bensin. Makanya waktu uji coba kami siapkan bensin Rp900.000 untuk bayar bahan bakar, dan Rp600.000 untuk jaga-jaga bayar ganti rugi,” 

Ujicoba tahap awal ini tidak berjalan mulus. Meskipun dibuat batasan jarak jangkuan maksimal 24 mill karena perhitungan tenaga mesin dan sinyal, hasilnya belum optimal. Dia pun mengikutkan lagi aplikasi ini dalam sebuah lomba, dan akhirnya berhasil mendapatkan suntikan dana Rp100 juta. Investasi itu digunakan untuk memberi bantuan berupa ponsel, wifi router dan jaring bagi kelompok nelayan yang mau bekerja sama. Tujuannya agar pengumpulan data menjadi lebih akurat dan pengembangan aplikasi.

Untuk mengetahui lebih pasti, Yoga ikut langsung bersama nelayan dalam proses menangkap ikan. Pengalaman muntah-muntah hingga terombang-ambing di lautan lepas dirasakan langsung untuk mengetahui prosesnya secara detil. Upaya tersebut lambat laun membuahkan hasil. Jumlah pengguna yang teregistrasi mencapai 9.300 orang. Untuk mengantisipasi perusahaan besar bergabung dengan aplikasi ini, Fishgo mensyaratkan penggunanya hanya boleh maksimal memiliki kapal berkapasitas 1GT.

Data Fishgo menunjukkan pada 2021, tangkapan ikan jenis tongkol meningkat 50,96 persen; lemuru naik 46,8 persen; dan kenyar mencapai 54,72 persen. Pendapatan nelayan juga rerata naik 50 persen. Apabila sebelum memakai Fishgo hanya Rp500.000 per sekali melaut, sekarang bisa Rp750.000 sekali melaut.

Menjaga Keberlangsungan Lautan

Tidak hanya dalam hal angka menunjukkan hasil positif. Aplikasi ini juga membantu keterlacakan produk perikanan serta membantu keberlangsungan penangkapan. Karena lokasi wilayah tangkapan yang sempit, sehingga di aplikasi ini setiap kelompok nelayan akan diarahkan ke wilayah tangkapan terdekat. Supaya tidak saling berebut. Yoga menyatakan tidak menyangka hasil karyanya menjadi sangat bermanfaat, bahkan menorehkan berbagai penghargaan. Salah satunya Penerima Apresiasi Bidang Teknologi dari Satu Indonesia Award.

Menurutnya, kerja keras ini sebenarnya bagian dari upaya membalikkan anggapan masuk jurusan perikanan bisa memberikan kontribusi nyata bagi lingkungan dan masyarakat. Dia masih ingat ketika memilih jurusan perikanan mendapatkan cibiran ketika tamat akan menjadi nelayan. Nyatanya, justru dari jurusan itulah dia mendapatkan kepuasan tak terkira. Khususnya ketika mendapatkan laporan tangkapan dari nelayan langsung. Ada kebahagiaan tidak dapat diukur dengan materi saat nelayan pengguna FishGo mengirimkan foto tangkapan tersebut.

Dengan merendah, Yoga menekankan bahwa dirinya tidak akan menggantikan kemampuan alamiah nelayan lokal dalam memanfaatkan insting mereka saat melaut. Justru aplikasi ini mendigitalisasi kemampuan nelayan. Karena saat di laut, ada lain di luar kemampuan FishGo. Salah satu contohnya teknik nelayan ketika menyebar jaring saat mengetahui ada titik kumpul ikan. Dia mengibaratkan FishGo melengkapi metode dan inting nelayan di laut.

Yoga bermimpi kedepannya, FishGo semakin banyak digunakan. Bahkan bisa memberikan solusi bagi penjualan hasil tangkapan nelayan. Meskipun untuk mewujudkan masih butuh investor. Hanya saja, dirinya memiliki harapan banyak daerah dapat memanfaatkan layanan ini. Tawaran dari sejumlah daerah sebenarnya sudah masuk. Untuk sementara belum dapat dieksekusi karena masalah data. Berbeda dengan aplikasi lain, cakupan FishGo sangat lokal serta wilayah tangkapannya sangat sempit.

Karena itulah, aplikasi ini belum tentu efektif di daerah tangkapan lain. Untuk itu dirinya berharap ke depan, FishGo mampu mendata di perairan daerah-daerah lain. Dengan begitu, data yang dikumpulkan semakin banyak dan bermanfaat bagi nelayan setempat. Untuk saat ini, data lengkap Fishgo masih berkaitan dengan perairan di sekitar Selat Bali. Diungkapkanya, perairan Indonesia sangat kaya.

Namun data potensi perikanan masih bersifat global. Jika setiap daerah memiliki data pasti potensi perikanan dalam wilayah terkecil, daerah bisa memanfaatkan untuk perekonomian. Saat ini, belum banyak data tangkapan perikanan dalam ruang kecil karena membutuhkan data detil. Untuk mengumpulkan data tangkapan perairan berukuran kecil lebih susah dibandingkan data secara umum.

“Karena itulah, Fishgo ingin hadir. Saat yang lain memilih data besar, kami ingin setiap daerah punya data tangkapan masing-masing meskipun itu sulit dan harus detil,” ungkapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Feri Kristianto
Editor : Feri Kristianto

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler