Bisnis.com, MANGUPURA – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno mengungkap langkah konkret Indonesia dalam mengurangi sumbangan emisi karbon dari sektor pariwisata.
Sandi mengakui jika sektor pariwisata menyumbang 8 persen emisi karbon, dimana 49 persen berasal dari lapangan usaha transportasi yang selama ini digunakan oleh wisatawan mulai dari emisi yang dihasilkan oleh pesawat hingga emisi kendaraan yang wisatawan gunakan selama berlibur. Salah satu langkah Kemenparekraf yakni dengan melakukan kolaborasi bersama komunitas dan wisatawan dalam penanaman mangrove.
Mangrove dinilai menjadi media yang efektif dalam mengurangi emisi karbon. Program penanaman mangrove yang sudah diinisiasi oleh Kemenparekraf contohnya di desa Pemuteran, Buleleng, kemudian di sejumlah tempat di Bali yang dikembangkan bersama komunitas. Wisman yang berkunjung ke Bali juga didorong untuk berkontribusi dalam penurunan emisi karbon dengan ikut terlibat penanaman mangrove.
Selain mangrove, Kemenparekraf juga bekerjasama dengan sejumlah pihak dalam penanganan food loss atau penurunan kualitas makanan sehingga makanan tersebut berpotensi terbuang, masalah ini banyak ditemukan di sektor pariwisata. Untuk menghindari makanan terbuang di tengah potensi krisis pangan, Kemenparekraf menggandeng komunitas masyarakat untuk melakukan penanganan dengan mempercepat penyaluran makanan tersebut.
“Kami memfasilitasi penyaluran makanan untuk mengurangi potensi food loss yang ternyata memberi dampak signifikan terhadap emisi karbon,” jelas Sandi saat konferensi pers, Selasa (10/10/2023).
Dalam jangka panjang, pariwisata Indonesia menurut Sandi akan fokus menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT). Penggunaan EBT sudah dimulai dan akan terus didorong melalui skema investasi hijau. Dalam jangka waktu lima tahun, Lima destinasi super prioritas seperti Mandalika, Likupang, Candi Borobudur, Danau Toba, Labuan Bajo bisa menyerap investasi US$8 miliar untuk pembangunan EBT dan penanganan sampah plastik secara mandiri.
Baca Juga
Menurut Sandi, banyak investor yang sudah siap untuk menanamkan modalnya di destinasi yang dibangun dengan konsep berkelanjutan. Secara global potensi investasi hijau mencapai US$100 miliar.