Bisnis.com, DENPASAR – Sepanjang semester I/2023, BPD Bali membukukan pertumbuhan kredit sebesar 2,64 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi senilai Rp20,51 triliun.
Direktur Utama BPD Bali I Nyoman Sudharma pertumbuhan kredit sepanjang 2023 didorong oleh mulai bergeliatnya aktivitas ekonomi, khususnya sektor UMKM yang selama ini menjadi debitur utama Bank BPD Bali.
Adanya program kredit bunga rendah yakni kredit usaha untuk sejahtera unggul dan maju (Kusuma) ikut mendorong geliat UMKM ikut mendorong pertumbuhan kredit Bank BPD Bali.
“Kredit Kusuma sudah mulai berjalan, kami menyediakan kredit ini untuk UMKM yang merupakan alumni KUR, artinya sudah tidak bisa mengakses KUR tetapi mereka masih membutuhkan pembiayaan dengan bunga rendah. Respons UMKM terhadap program ini ternyata cukup positif sehingga penyaluran kreditnya terus tumbuh,” jelas Sudharma, Selasa (15/8/2023).
Untuk terus menggenjot pertumbuhan kredit, Bank BPD Bali sedang fokus dalam penyaluran pembiayaan hijau seperti pembiayaan untuk pembangunan PLTS rumahan, hingga pembiayaan bangunan yang memenuhi standar sebagai bangunan hijau.
Menurut Sudharma sudah ada standar yang jelas soal pembiayaan hijau seperti bangunan dengan atap 500 meter persegi harus membuat PLTS di atap tersebut.
Potensi pembiayaan hijau ini sangat besar di Bali, karena sejalan dengan target pemerintah yang ingin mengembangkan ekonomi hijau seperti pertanian organik, pariwisata berbasis ramah lingkungan, energi hijau dan sektor lainnya.
Sejak 2022 Bank BPD Bali telah meluncurkan pembiayaan kendaraan listrik dengan suku bunga rendah dan dengan uang muka nol persen.
Menurut Sudharma Kebijakan tersebut sangat progresif dan diikuti dengan regulasi yang lengkap, Pemprov Bali telah menetapkan Perda No. 9 tahun 2019 tentang Pajak Daerah yang memberikan insentif pajak untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, baik PKB dan BBNKB yang hanya 1,5 persen.
Baca Juga : Penyaluran KUR BPD Bali Mencapai Rp1,13 Triliun |
---|
Sementara, dari sisi himpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp27,52 triliun, tumbuh 12,64 persen dengan dana murah atau current account savings account (CASA) naik 33,03 persen yoy dari Rp13,95 triliun pada semester I/2022 menjadi Rp18,55 triliun.
Tingginya DPK Bank BPD Bali hingga Juni 2023 menurut Sudharma tidak lepas dari perubahan pola masyarakat dalam penggunaan dana pasca pandemi.
Saat pandemi banyak yang tidak siap dengan dana cadangan, sehingga nasabah mulai belajar dari kasus tersebut dan lebih memilih untuk menabung maupun deposito sebagai dana cadangan dalam jangka panjang.
Adapun, laba Bank BPD Bali per semester I/2023 mencapai Rp442,37 miliar atau tumbuh 23,75 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 dengan nilai laba Rp357,47 miliar.
Laporan keuangan BPD Bali yang dipublikasikan di Bisnis Indonesia mencatat, sumber laba BPD Bali sepanjang semester I/2023 berasal dari beberapa sumber pendapatan utama, seperti pendapatan bunga bersih atau net interest income, kemudian pendapatan berbasis komisi.
BPD Bali membukukan pendapatan dari net interest income senilai Rp1,04 triliun atau tumbuh 24,59 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2022 yang nilai pendapatannya Rp831,05 miliar.
Sementara, pendapatan berbasis komisi atau fee based income pada semester I/2022 tercatat Rp53,90 miliar atau tumbuh 10,33 persen (YoY) jika dibandingkan dengan semester I/2022 dengan pendapatan Rp48,86 miliar.
Aset Bank BPD Bali hingga Juni 2023 mencapai Rp32,49 triliun atau tumbuh 8,35 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2022 yang posisi aset masih di angka Rp29,99 triliun.
Rasio kredit bermasalah BPD Bali juga terus membaik, nonperforming loan (NPL) BPD Bali turun menjadi 2,27 persen per Juni 2023, dari sebelumnya di angka 2,65 persen.