Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur Koster Tolak Beras Impor Masuk Bali

Bulog harus memprioritaskan produksi beras dalam negeri seperti dari Kalimantan, Sulawesi, NTB termasuk Bali untuk diputar di dalam negeri.
Beras impor. Foto arsip./Bisnis-Annasa Rizki Kamalina.
Beras impor. Foto arsip./Bisnis-Annasa Rizki Kamalina.

Bisnis.com, DENPASAR – Gubernur Bali Wayan Koster menolak masuknya beras impor dari luar negeri ke Bali karena dinilai bisa mematikan petani dalam negeri. 

Koster mengaku sudah berkomunikasi dengan Perum Bulog, agar tidak membawa beras impor masuk ke Bali. “Saya sudah diskusi dengan Bulog Bali, bahwa kami tidak setuju ada beras impor ke Bali, karena Bali ini surplus beras. Kalau Bulog mau beli beras, belilah beras dari hasil petani Kita di Bali, jangan beli beras dari negara luar, agar rakyat Kita sejahtera. Kalau Kita membeli beras lokal, maka perputaran ekonomi akan terjadi di dalam negeri, sehingga persoalan impor beras sudah waktunya untuk diakhiri,” jelas Koster dalam acara Musrenbang Nasional Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) di Nusa Dua Bali yang dikutip pada Selasa, (23/5/2023). 

Menurut Koster, Bulog harus memprioritaskan produksi beras dalam negeri seperti dari Kalimantan, Sulawesi, NTB termasuk Bali untuk diputar di dalam negeri. Impor beras yang selama dilakukan dinilai bisa mematikan eksistensi petani di daerah, karena harga beras impor dijual lebih murah sehingga beras dalam negeri tidak laku. 

Koster juga menekankan harus ada perubahan paradigma dari pemerintah daerah dalam merumuskan rencana pembangunan jangka panjang di daerah, dengan meningkatkan kerjasama antar daerah di sektor pertanian, sehingga menutup peluang bagi komoditas impor untuk masuk ke daerah. 

“Mau diapakan Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Papua dan seterusnya, termasuk juga mau diapakan Bali. Itu yang Saya harap segera harus dilakukan pendekatan, sehingga RPJPN ini bisa memberdayakan daerah sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing–masing. Hal ini harus dijadikan sebagai suatu paradigma di dalam menyusun RPJPN agar betul–betul mengantarkan Indonesia ini bebas dari ketergantungan negara lain untuk hal–hal yang prinsip dan mendasar,” ujar Koster. 

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat produksi padi pada 2022 yaitu 680.602 ton gabah kering giling (GKG), naik 61.691 ton atau 9,97 persen dibandingkan produksi padi di 2021 yang sebesar 618.911 ton GKG. Produksi beras Bali pada 2022 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 383.829 ton, naik 34.791 ton atau 9,97 persen dibandingkan produksi beras di 2021 yang jumlahnya 349.038 ton.

Seperti yang diberitakan Bisnis sebelumnya, untuk menutupi kekurangan beras di Bali, Bulog selama ini mendatangkan beras dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper