Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Olah Sampah Logam Jadi Perhiasan, Produk Kunang Bisa Ekspor

Selain pasar domestik, perhiasan Kunang juga sudah tembus ke sejumlah negara seperti Jepang, Jerman, Australia dan Amerika.
Founder Kunang Jewerelly, Dian Suri Handayani./Ist
Founder Kunang Jewerelly, Dian Suri Handayani./Ist

Bisnis.com, GIANYAR – Lazimnya perhiasan identik dengan bahan baku dari emas maupun logam pilihan hasil dari penambangan. Namun berbeda dengan produk perhiasan Kunang Jewellery di Batubulan, Kabupaten Gianyar.

Kunang Jewellery berhasil mengolah sampah logam atau barang – barang yang sudah dibuang yang berbahan baku tembaga, kuningan seperti kabel, diolah oleh Kunang Jewellery menjadi produk perhiasan seperti cincin, gelang, yang memiliki nilai yang tinggi.

Salah satu founder Kunang Jewellery, Dian Suri Handayani, menjelaskan awal bisnis pengolahan sampah logam menjadi perhiasan ini dimulai pada 2019 dengan latar belakang membangun usaha perhiasan namun tetap menjaga lingkungan.  

“Kami memulai usaha ini sejak 2019 dengan target ingin membuat satu produk perhiasan tapi materialnya itu punya high value atau memiliki nilai yang tinggi. Tidak Cuma dari nilai perhiasan itu sendiri tapi nilai lingkungannya juga. Karena selama ini kan kalau perhiasan itu selalu identik dari emas yang ditambang, namun konsumen di Indonesia kurang memperhatikan lingkungannya,” jelas Dian kepada Bisnis, Kamis (13/4/2023).

Yakin konsep usahanya ini akan berhasil, bersama dua rekannya, Dian yang memang seorang desainer ini kemudian mengumpulkan modal dan memulai produksi di Bali. Alasan memilih Bali sebagai rumah produksi, karena menurut Dian skill perajin handycraft di Bali masih menjadi yang terbaik dibandingkan perajin dari daerah lain, penilaian itu dari pengalamannya selama 10 tahun di Bali dan bekerja di dunia designer.

Untuk mendapatkan bahan baku , Dian bekerjasama dengan tiga tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Kota Denpasar yakni TPST Panjer, TPST Gatsu dan TPST Ubung. “Kami membeli material kuningan, tembaga, contohnya yang paling banyak kami beli kabel, karena kandungan tembaganya bagus. Itu secara berkala kami beli, jumlahnya variasi tergantung berapa yang tersedia di TPST. Kalau harga tembaga kami beli Rp120.000 per kg, dan kuningan biasanya Rp95.000 per kg,” kata Dian.

Logam menurut Dian, walaupun sudah dibuang ke TPST tetap bisa didaur ulang secara terus menerus karena tidak korosif atau berkarat, berbeda dengan besi. Dalam proses produksi Dian menggandeng tujuh orang perajin yang tersebar di Gianyar, Badung dan Bangli, para perajin tersebut memiliki skill yang berbeda mulai dari pengrajin logam, hingga perajin boks untuk tempat perhiasan tersebut.

Setiap bulan, produksi bisa memproduksi 150 – 200 buah perhiasan, jika ada orderan khusus dari konsumen, produksi bisa mencapai 400 – 500 buah per bulan. “Yang 100 buah itu produksi kami sendiri, yang desainnya dari inisiatif kami. Selain itu kami juga menerima order khusus dari perusahaan yang biasanya memesan untuk handicraft acara mereka, kalau yang project seperti itu kami bisa kerjakan jika mereka order minimal 50 buah, di bawah itu kami arahkan membeli yang sudah kami produksi,” kata Dian.

Market Kunang Jewellery 75 persen di Jakarta, kemudian Surabaya dan Bali. Di Jakarta produk Kunang tersebar di empat toko mitra, dan di Bali di tiga toko mitra di Ubud. Sebelum menitipkan barangnya Kunang melakukan kurasi, standarnya Toko tersebut bukan toko oleh–oleh biasa melainkan toko yang story telling kepada konsumen, sehingga konsumen bisa mengetahui nilai satu barang.

Selain pasar domestik, perhiasan Kunang juga sudah tembus ke sejumlah negara seperti Jepang, Jerman, Australia dan Amerika. Kunang bisa mengekspor ratusan pcs perhiasan dalam tiga bulan sekali. Biasanya yang memesan dari luar negeri, konsumen yang pernah mengunjungi pameran atau toko Kunang di Indonesia.

Setelah mengetahui value atau nilai perhiasan tersebut yang berasal dari bahan baku daur ulang, banyak konsumen tersebut yang tertarik menjual di negaranya masing–masing. Mereka kemudian memesan dengan desain khusus ke Kunang.

"Ada konsumen kami di luar negeri yang melakukan repeat order, biasanya mereka memesan untuk dijual lagi, kami beri standar minimal harus pesan 100 buah, kalau harga tidak kami naikkan, tapi ongkos kirim dan biaya lainnya ditanggung konsumen yang order," kata Dian.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper