Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Operasi Pasar dan Subsidi Transportasi Jadi Andalan Bali Kendalikan Inflasi

Operasi pasar yang dilakukan sejak awal 2022 sudah efektif untuk mengendalikan harga komoditas di Denpasar.
Sejumlah warga antre untuk membeli minyak goreng kemasan./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Sejumlah warga antre untuk membeli minyak goreng kemasan./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis,com, DENPASAR – Operasi pasar dan subsidi biaya transportasi menjadi andalan Bali dalam upaya mengendalikan harga komoditas strategis yang memberi andil terhadap inflasi.

Intensitas operasi pasar terus ditingkatkan di setiap daerah, terutama di Denpasar dan Singaraja yang menjadi barometer inflasi di Bali. Inflasi Bali pada Januari 2023 tercatat 5,81 (yoy), targetnya di 2023 bisa diturunkan angka 3 persen. Jika melihat posisi inflasi Denpasar dan Singaraja. Singaraja masih masuk dalam 10 kota dengan inflasi tertinggi yakni dengan tingkat inflasi 0,95 persen (mtm), sedangkan Denpasar lebih terkendali dengan 0,62 persen (mtm) dan berada di  peringkat 27.

Sekretaris Daerah (Sekda) Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana menjelaskan operasi pasar yang dilakukan sejak awal 2022 sudah efektif untuk mengendalikan harga komoditas di Denpasar.

“Langkah-langkah efektif seperti operasi pasar, subsidi biaya transportasi terus kami lakukan untuk pengendalian harga, bahkan operasi pasar kami lakukan di setiap desa. Hasilnya sudah mulai terlihat, harga-harga komoditas terkendali,” jelas Wiradana, Senin (20/2/2023).

Selain itu, Pemda juga melibatkan TNI Polri dalam pengendalian harga untuk mencegah pelambungan harga komoditas yang berpotensi dilakukan oleh tengkulak. Data dari Pemkot Denpasar harga komoditas seperti beras, ayam, telur terpantau , beras medium tercatat Rp9.000 per kg, beras premium Rp12.500 per kg.

Harga cabai tercatat mulai naik, cabai merah naik Rp5.000 menjadi Rp40.000 per kg, cabai rawit naik Rp5.000 juga menjadi Rp65.000 per kg, kemudian cabai  keriting segar Rp50.000 per kg, cabai rawit hijau segar Rp40.000 per kg.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho menjelaskan Bali memang masih kekurangan stok cabai, terutama cabai rawit sehingga fluktuasi harga masih belum bisa dikendalikan secara optimal. Trisno mendorong Pemkab yang masih memiliki lahan pertanian yang luas untuk mengoptimalkan penanaman cabai.

“Bupati Buleleng sudah menyatakan kesiapannya untuk menanam cabai, lahan sudah ditentukan, jika bisa terealisasi ini bisa menambah stok cabai di Bali. Selama ini sulit mencari petani yang memiliki stok cabai dalam volume yang besar karena jarang sekali petani yang memiliki lahan luas di Bali,” jelas Trisno dikutip, Senin (20/2/2023).

Menurut Trisno, ada empat langkah yang harus dilakukan Bali untuk menjaga inflasi di angka 3 persen sesuai dengan target pusat, pertama mengoptimalkan operasi pasar yang dilakukan oleh lintas lembaga yang tergabung dalam TPID. Kemudian langkah lain yang harus dilakukan menjamin kelancaran distribusi dari darah produsen hingga ke pasar atau tingkat eceran.

BI juga mendorong kerja sama antar daerah juga harus lebih dioptimalkan untuk menjaga ketersediaan stok komoditas terutama yang memiliki tingkat fluktuasi tinggi seperti cabai. Dalam jangka panjang perusahaan umum daerah (Perumda) juga didorong sebagai off taker atau penampung komoditas sehingga harga lebih mudah dikendalikan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper