Bisnis.com, DENPASAR – Bank Indonesia mendorong investasi yang masuk ke Bali tidak hanya investasi di sektor akomodasi pariwisata padahal sektor lainnya masih sangat berpotensi di Pulau Dewata.
Kepala Perwakilan BI Bali, Trisno Nugroho menjelaskan sudah saatnya investor melirik sektor di luar akomodasi dan pariwisata sehingga daerah yang tidak menjadi kawasan pariwisata juga menerima dampak pembangunan Bali. Pariwisata Bali menurut Trisno hanya terpusat di Badung, Denpasar dan Gianyar, di luar kabupaten tersebut memiliki potensi lain yang bisa dikembangkan seperti pertanian, perikanan, dan potensi alam seperti sinar matahari.
“Investasi yang masuk kami harapkan tidak hanya di hotel dan villa, yang sampai sekarang masih tumbuh, tapi ada sektor-sektor lainnya yang bagus untuk diinvestasikan seperti teknologi pertanian, energi, listrik, kemudian ekonomi kreatif,” jelas Trisno, Kamis (16/2/2023).
Jika merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi di Bali dalam tujuh tahun terakhir memang didominasi oleh sektor akomodasi seperti hotel dan restoran. BKPM mencatat sejak 2016 hingga 2021 penanaman modal asing (PMA) di hotel dan restoran mencapai Rp23,8 triliun, nilai tersebut paling tinggi dibandingkan investasi di sektor lainnya.
Investasi dalam negeri atau penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Bali juga paling tinggi ke hotel dan restoran dengan nilai Rp9,3 triliun dalam kurun waktu 2016 - 2021.
Setelah hotel dan restoran, investasi kedua paling besar yakni perumahan dan kawasan industri dengan nilai Rp11,2 triliun, kemudian ke sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi dengan nilai Rp8,5 triliun dalam kurun waktu yang sama. Sementara itu investasi di sektor listrik, gas, air, kemudian ke sektor perkebunan atau pertanian masih belum signifikan.
Baca Juga
Investasi di sektor pertanian sepanjang tujuh tahun hanya Rp583 miliar, kemudian di sektor perikanan Rp429 miliar. Investasi di dua sektor tersebut menurut Bank Indonesia masih bisa ditingkatkan.