Bisnis.com, DENPASAR - Mulai ramainya wisatawan domestik dan mancanegara yang masuk ke Bali membuat pemerintah daerah mulai menekan kasus rabies dengan menggencarkan vaksinasi dan membuat batasan terhadap pergerakan anjing.
Banyaknya anjing yang berkeliaran di Bali terutama di destinasi utama membuat wisatawan khawatir dengan gigitan anjing yang membawa rabies. Bahkan seorang wisman di pantai Legian pernah digigit oleh anjing ketika sedang berwisata. Kasus-kasus tersebut menjadi atensi khusus pemda pada 2023.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama pemda mulai menggencarkan vaksinasi rabies di Bali. Pada 2023 Kemenkes menargetkan vaksinasi 43.000 anjing dari 70.000 populasi anjing yang tercatat di Badung, sedangkan sisanya akan di tangani oleh pemkab Badung.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Imran Pambudi menjelaskan dalam penanggulangan penyakit rabies upaya vaksinasi menjadi hal penting yang harus dilakukan pada hewan anjing. Pasalnya, selama hewan dilepasliarkan kemudian tidak divaksin rabies, maka akan tetap membawa penyakit.
"Keberadaan shelter diperlukan sebagai tempat penampungan sementara bagi anjing-anjing liar yang berkeliaran yang berpotensi menggigit atau membahayakan manusia. Mengacu aturan Perpu yang mengatur shelter, maka anjing-anjing yang ada ada pemiliknya, jangan dibiarkan liar. Maka ketika anjing berkeliaran atau dilepasliarkan, harusnya ditangkap diamankan ke shelter," jelas Pambudi dikutip dari siaran pers, Jumat (27/1/2023).
Pambudi juga menjelaskan perlu membangun kesadaran masyarakat secara kolektif bahanya anjing berkeliaran di Bali. Apalagi Bali masih bahaya kasus rabies.
Baca Juga
Akademisi Universitas Udayana, Made Kertha Duana, menjelaskan dalam penanggulangan rabies dibutuhkan kerja kolektif antara pemda dan masyarakat Bali sehingga kasus rabies dan gigitan anjing bisa ditekan. Alokasi anggaran dari pemda juga penting untuk mempercepat vaksinasi di Bali.
"Keseriusan Pemkab Badung unuk mengeleminasi rabies dengan dukungan penganggaran, kebijakan dan pembangunan shelter perlu diapresiasi. Karena ini akan berdampak kepada kesehatan dan sektor pariwisata Bali," ujar Duana.