Bisnis.com, DENPASAR – Pelabuhan Perikanan (PPN) Pengambengan di Kabupaten Jembrana bakal direvitalisasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk meningkatkan produksi perikanan dan menjadikan pusat perikanan terbesar di Bali.
Nilai revitalisasi pelabuhan Pengambengan ini mencapai Rp900 miliar, pembiayaannya akan diambil melalui pinjaman di Islamic Development Bank (IDB). Menteri KKP, Wahyu Sakti Trenggono yang meninjau langsung Pelabuhan Pengambengan mengatakan (PPN) pengambengan akan dibangun menjadi pelabuhan perikanan berstandar internasional dan ramah lingkungan.
“Saya sampaikan pelabuhan Pengambengan ini akan kami rekonstruksi, jadi kami perbesar menjadi pelabuhan perikanan internasional, ini akan menjadi pelabuhan yang lebih green, jadi green port kira-kira begitu," jelas Wahyu dikutip dari siaran pers, Selasa (24/1/2023).
Setelah direvitalisasi, pelabuhan ini akan dijadikan pusat aktivitas perikanan, menggantikan pelabuhan Benoa, Denpasar yang saat ini dialihfungsikan sebagai pelabuhan umum. Wahyu menjelaskan proses revitalisasi sudah berjalan sejak 2022, untuk konstruksi fisik bakal dimulai pada pertengahan 2023 dan diharapkan rampung pada 2024.
Dipilihnya Jembrana sebagai pusat perikanan Bali karena potensinya ikan yang beraneka ragam dan jumlahnya yang banyak. Iklim perikanan di Jembrana juga sudah terbangun dengan baik, tinggal dikembangkan lebih luas.
Jembrana sejak dulu dikenal sebagai daerah perikanan, pusat industri sarden juga sudah tumbuh di Jembrana. Kawasan perikanan pengambengan juga terkoneksi dengan pelabuhan perikanan Muncar, Banyuwangi karena jaraknya yang berdekatan.
Baca Juga
Setelah beroperasi sebagai pusat perikanan baru, produksi ikan di pelabuhan Pengambengan ditargetkan naik menjadi 80.000 ton per bulan dari yang awalnya hanya 12.000 ton per bulan. Jika bisa mencapai target tersebut, nilai transaksi bisa mencapai Rp3,2 triliun.
“Lebih penting lagi, konstruksi pelabuhan ini akan menyerap 55.000 pekerja lokal. Potensi ini harus dimanfaatkan dengan baik. Kami juga berharap setelah beroperasi dengan status yang baru semakin banyak warga yang bekerja dan kesejahteraan nelayan meningkat,” ujar Wahyu.
Setelah dikembangkan sebagai pelabuhan internasional, Menteri Sakti Wahyu Trenggono memastikan perlindungan terhadap nelayan tradisional. Nelayan tradisional nantinya akan mendapat 35 persen dari kuota penangkapan ikan, sehingga kesejahteraan nelayan tradisional dapat ditingkatkan.