Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi EBT di Bali Bakal Semakin Agresif

Ketertarikan investor tersebut karena mengetahui Bali sebagai daerah prioritas untuk pengembangan pembangkit energi terbarukan dan penggunaan kendaraan listrik.
Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH)./Dok. Kementerian ESDM
Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH)./Dok. Kementerian ESDM

Bisnis.com, DENPASAR – Investasi sektor energi baru dan terbarukan (EBT) di Bali bakal semakin agresif dengan mulai banyaknya investor yang datang menjajaki potensi EBT di Pulau Dewata.

Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bali, Ida Bagus Setiawan, menjelaskan sudah ada investor yang datang ke Bali untuk pengembangan industri baterai kendaraan listrik. Bahkan investor tersebut sudah bertemu dengan Gubernur Bali, Wayan Koster.

“Sejumlah investor sudah mulai menjajaki Bali, mereka mau investasi di pembangkit EBT dan electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik, ada juga yang datang melihat potensi Bali untuk pembangunan industri baterai,” jelas Setiawan kepada Bisnis, Jumat (20/1/2023).

Ketertarikan investor tersebut karena mengetahui Bali sebagai daerah prioritas untuk pengembangan pembangkit energi terbarukan dan penggunaan kendaraan listrik. Pada 2045 pembangkit listrik Bali ditargetkan 48 persen dari pembangkit EBT, kemudian 50 persen penggunaan motor listrik, dan 20 persen mobil listrik.

Setiawan juga menjelaskan kedatangan investor tersebut tidak lepas dari dampak KTT G20 yang dilaksanakan di Bali, saat KTT banyak dilihat kendaraan listrik beroperasi, sehingga investor melihat Bali sudah siap untuk melakukan transisi.

Di sektor pembangkit, Bali akan mendapat hibah berupa pembangkit EBT sebesar 8,5 MW dari perusahaan listrik Korea Selatan atau Korea Electric Power (Kepco). Pembangkit tersebut akan dipasang di Pulau Nusa Penida, sumber energi pembangkit tersebut berasal dari angin dan akan hybrid dengan diesel. Pembangkit tersebut ditargetkan akan beroperasi pada 2026.

“Saat ini masih proses administrasi sedang berjalan, jika terealisasi akan menambah kapasitas pembangkit di Nusa penida yang saat ini sudah 3,5 MW, jika masuk dari Kepco akan menjadi 11,5 MW. Kebutuhan listrik Nusa Penida nantinya 70 persen dari pembangkit ramah lingkungan dan ini akan menjadi percontohan pulau dengan pembangkit ramah lingkungan,” ujar Setiawan.

Saat ini kapasitas pembangkit EBT di Bali sudah mencapai 15 MW, mulai dari Pembangkit listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMh). Pembangunan PLTS 25 MW di Bali Timur, yang dilakukan oleh Medco Energy juga sedang berjalan.

Untuk kendaraan listrik, sudah ada 2.500 unit kendaraan listrik roda dua dan roda empat yang beroperasi di Bali.Jumlah SPKLU di Bali juga mulai tersebar hingga di daerah. Menurut Setiawan, penyediaan SPKLU ini salah satu sektor yang dibidik oleh investor.

Pemprov Bali juga akan merancang Perusahaan Daerah (Perusda) di provinsi maupun kabupaten untuk ambil bagian dalam investasi EBT. Perusda bisa menjalin kerja sama dengan investor luar dalam investasi EBT di Bali. Harapannya dengan terlibatnya Perusda akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat Bali.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper