Bisnis.com, BADUNG – Perusahaan umum daerah (Perumda) di tingkat kabupaten dan kota di Bali bakal menjadi off taker atau penampung hasil panen komoditas strategis untuk menjaga mengendalikan inflasi di daerah.
Terdapat dua Perumda yang sudah siap menyerap hasil pertanian yakni Perumda Dharma Santika di Kabupaten Tabanan dan Perumda Dharma Swatantra di Kabupaten Buleleng. Dua daerah ini merupakan daerah pertanian di Bali yang menghasilkan berbagai komoditas strategis yang selama yang menentukan fluktuasi inflasi Bali seperti cabai, beras, telur, tomat, dan komoditas lainnya.
Perumda membeli berbagai komoditas yang dihasilkan petani, kemudian menjual ke pasar khususnya pasar premium seperti hotel, supermarket, minimarket, restoran.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bali, Trisno Nugroho menjelaskan saat ini sudah banyak hotel bintang lima dan market premium lainnya yang memakai komoditas lokal. Untuk beras saja selama 2022, beras Balo yang sudah diserap konsumen premium senilai Rp2,5 miliar.
“Bahkan Aerofood yang memproduksi makanan penumpang pesawat sekarang sudah menggunakan produk lokal dan disupport oleh Perumda. Kalau supermarket, minimarket sudah banyak yang membeli produk petani melalui Perumda. Jika terus tumbuh ekosistem ini, maka petani akan semakin untung karena Perumda membeli dengan harga yang layak dan menguntungkan petani,” jelas Trisno di Nusa Dua di sela Acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNIP), Jumat (9/12/2022).
Trisno juga menjelaskan kedatangan wisatawan mancanegara yang semakin banyak saat ini membuat permintaan terhadap komoditas lokal semakin meningkat. Dengan jumlah wisman 1,8 juta orang hingga November, komoditas yang ada di Bali masih sanggup menyuplai permintaan hotel.
Baca Juga
Produksi petani juga bakal terus digenjot untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan komoditas dari pasar premium pada 2023 seiring dengan semakin meningkatnya kunjungan wisatawan. “Kalau sudah komoditas lokal sudah tidak mampu menyuplai, kami akan mendatangkan dari daerah tetangga seperti NTB, NTT. Ini juga bentuk kerja sama antar daerah dalam pengendalian inflasi,” ujar Trisno.
Selain itu, ketika terjadi kenaikan harga komoditas di pasaran, Perumda bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) juga berperan melakukan intervensi harga melalui operasi pasar sehingga masyarakat tidak terbebani dengan harga yang terlalu tinggi. Skema ini akan mulai aktif berjalan pada 2023, targetnya inflasi di daerah bisa terkendali di kisaran tiga persen.
Sementara itu, Anggota DPR RI Komisi XI Dapil Bali, I Gusti Agung Rai Suryawijaya, menjelaskan selain untuk pemenuhan pasar di Bali dan meningkatkan nilai tambah bagi petani, komoditas unggulan Bali seperti sapi, bawang merah Bangli pangsa pasarnya harus diperluas ke luar daerah.
“Sekarang ini sudah ada kerja sama yang difasilitasi Bank Indonesia untuk memasarkan komoditas sapi, bawang dan beras Bali ke sejumlah daerah seperti Jakarta, Sumatera Selatan. Oleh sebab itu kami mendorong agar petani semakin fokus meningkatkan produksi dan menjaga kualitas komoditas,” jelas Suryawijaya.
Suryawijaya juga meminta gerakan pengendalian inflasi di daerah yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan TPID harus lebih konkret dengan program yang lebih riil berdampak dalam jangka panjang. “Kalau rapat saja lama proses menurunkan inflasi, harus ada langkah konkret dari BI, apalagi anggarannya BI sudah kami tambah. Misalnya masalahnya harga beras naik, BI langsung mencari beras dan melakukan operasi pasar,” kata dia.