Bisnis.com, DENPASAR — PT XL Axiata Tbk. melirik industri perhotelan maupun pariwisata di Bali dalam perluasan penetrasi jaringan 5G.
Direktur Teknologi & Chief Teknologi Officer XL Axiata I Gede Darmayusa mengatakan, sebagai pengenalan awal, perluasan penetrasi 5G memang akan difokuskan pada pelanggan bisnis bukan konsumen perseorangan atau end user. Pasalnya, saat ini jumlah handset 5G masih sangat terbatas. Bahkan, secara nasional, jumlah handset 5G belum mencapai 5 persen.
Menurutnya, sembari menyiapkan ekosistem yang memadai untuk perluasan 5G, XL Axiata mendorong pemanfaatan 5G dilakukan oleh pelaku bisnis. Terlebih, pelaku bisnis dinilai lebih membutuhkan jaringan 5G karena memiliki keuntungan mulai dari kecepatan jaringan internet yang lebih tinggi.
Khusus di Bali, pelaku bisnis yang dapat memanfaatkan jaringan 5G adalah industri perhotelan. Jaringan 5G memungkinkan pelaku bisnis perhotelan melakukan otomatisasi infrastruktur perhotelan seperti air maupun listrik yang selama ini membutuhkan biaya besar.
Gede menjelaskan jaringan 5G memungkinkan pelaku bisnis mengatur teknologi yang mampu menyesuaikan pemanfaatan sumber daya air maupun listrik. Seperti saat kamar hotel sedang tidak terisi, teknologi dengan jaringan 5G memungkinkan konektivitas cepat dalam merespons kebutuhan listrik.
Begitu juga dengan teknologi keamanan, karena jaringan 5G memungkinkan sensor Internet of things (IoT) dalam pengenalan wajah memiliki kualitas yang lebih tinggi. Artinya, kualitas sensor keamanan akan semakin tajam.
Baca Juga
Salah satu pemanfaatan 5G yag dilakukan pelaku usaha misalnya peternakan ayam di Jawa Barat yang memanfaatkan jaringan 5G dalam memonitor suhu.
"Bali kan pariwisata, kita pikirkan apa yang bisa diotomatiskan, misalnya hotel memiliki infratruktur listrik dan air, dan juga securityna. Sudah ada beberapa case yang kita kembangkan terkait smart building, apa yang paling membuat kita boros, listrik ada ac atau lampu yang perlu dimatikan, satu hotel ada berapa kamar itu akan berguna," katanya, Rabu (13/10/2021).
Selain pelaku bisnis, pemerintah daerah saat ini juga didorong melek teknologi. Misalnya, Jakarta yang melakukan monitoring banjir dengan memasang sensor di bantaran-bantaran sungai.
Hal tersebut juga bisa diterapkan d Bali agar konsep smart city, lanjutnya, bukan sekadar pelayanan secara online semata. "Smart city bukan pelayanan online tetapi antisipasi akan bencana alam bisa dikontrol dan dimonitor dengan baik," sebutnya.