Bisnis.com, DENPASAR — Presiden Joko Widodo memaparkan alasan pembukaan border internasional untuk mendukung pariwisata maupun aktivitas ekonomi Bali.
Sebelum memutuskan border internasional Bali dibuka pada 14 Oktober 2021 mendatang, pihaknya telah berkaca lebih dulu dengan sejumlah negara. Seperti misalnya ketika Singapura membuka border internasional, data pencapaian vaksinasi baru 30 persen yang pada akhirnya membuat kasus Covid-19 melonjak.
Parahnya, hingga saat ini kasus pandemi Covid-19 di negara tersebut belum menurun. Padahal, penduduknya sedikit yakni mencapai 5 juta orang. Kondisi tersebut juga terjadi di Amerika Serikat yang kasusnya hingga saat ini masih tinggi.
Hal berbeda terjadi di Inggris dengan capaian vaksinasi 56 persen. Ketika border internasional negara tersebut dibuka, kasusnya cenderung datar dan tergolong masih rendah.
Kondisi ini pun dinilai terjadi di Bali dengan capaian vaksinasi dosis pertama 88,7 persen untuk penduduk dengan KTP Bali dan 98 persen jika digabung dengan penduduk bukan KTP Bali. Sementara itu, untuk capaian dosis kedua ada sebanyak 73 persen untuk penduduk dengan KTP Bali dan 83 persen untuk penduduk bukan KTP Bali.
"Artinya vaksinasi sangat menentukan, jadi Singapura dan Amerika Serkat buka saat kasus turun tetapi vaksinasi belum 50 persen kemudian langsung terjadi penyebaran dan angka kematian naik, yang benar di Inggris, kalau posisi Bali saya kira berani, kita kemarin sudah putuskan bubble negara negara-negara China, Korea Selatan, Jepang, Uni Emirat Arab," katanya, Jumat (8/10/2021).
Baca Juga
Jokowi juga meminta Bali menyiapkan infrastruktur kesehatan dengan baik ketika border internasional jadi dibuka pada 14 Oktober 2021 nanti. Bali harus mampu menekan terus angka kasus Covid-19 yang saat ini sudah semakin rendah dengan 60 kasus harian.
Apalagi, Bali memiliki pengalaman lonjakan kasus yang tinggi. Pada Januari 2021 sempat sebanyak 552 kasus, kemudian turun menjadi 22 kasus pada Juli 2021, lalu naik lagi menjadi 1.900 kasus pada Agustus 2021 dan per 7 Oktober 2021 menjadi 60 kasus harian.
Menurutnya, ketersediaan multivitamin di Bali cukup melimpah yakni mencapai 2.200 persen, begitu juga dengan sejumlah obat-obatan lain. Selain itu, ketersediaan oksigen di Bali juga dinilai masih sangat baik.
"Ini harus terus ditekan, kasus aktif agar dikurangi dan hilang dari Bali jadi pertahankan serendah mungkin dalam waktu lama, betul-betul ada konsistensi, penagalaman Singapura dan India jangan sampai terjadi di negara kita maupun di Bali," sebutnya.
Jokowi berharap setelah Bali dibuka pada 14 Oktober nanti, testing dan tracing betul-betul dikerjakan. Pasalnya sejumlah kabupaten di Bali memiliki testing dan tracing di Bali rendah seperti Karangasem 34 persen dan Bangli 57 persen.
"[Testing dan tracing] dinaikkan asingnya juga, yang masih merah agar dinaikkan ini menurut saya hanya sentuhan kecil tetapi perlu dilakukan kalau sudah dibuka," sebutnnya.