Bisnis.com, MATARAM - Bank Indonesia perwakilan Nusa Tenggara Barat memproyeksikan NTB masih mengalami deflasi pada September 2021 sejumlah 0,02 persen (M to M).
Proyeksi tersebut didasarkan pada masih tersedia dengan stok yang cukup bahan pangan beras dan bawang merah setelah panen raya Agustus 2021.
Kepala BI NTB Heru Saptaji menjelaskan deflasi pada September 2021 tidal sedalam deflasi Agustus sejumlah 0,14 persen. "Pada September 2021 deflasi dua kota Mataram dan Bima berada pada rentang 0,08 - 0,02 persen, tidak sedalam deflasi bulan sebelumnya," jelas Heru dikutip dari rilis, Rabu (8/9/2021).
Pada September 2021 BI memproyeksikan tekanan harga terhadap beberapa komoditas akan meningkat seiring dengan tingginya permintaan setelah relaksasi PPKM di NTB. "Relaksasi PPKM akan berpengaruh pada tingginya permintaan komoditas," ujar Heru.
NTB pada Agustus 2021 mengalami deflasi gabungan senilai 0,14 persen secara bulanan (mom) dan mengalami inflasi senilai 1,75 persen (yoy). Inflasi tahunan disebabkan oleh peningkatan tekanan pada kelompok makanan bergejolak atau volatile food yang mengalami inflasi sejumlah 5,76 persen.
Inflasi dari kelompok volatile food didorong oleh meningkatnya tekanan pada komoditas minyak goreng, tongkol diawetkan, dan tomat. "Harga minyak goreng tercatat Rp16.458, harga tomat tercatat Rp16.938, meningkat dibandingkan rata-rata harga di bulan Agustus 2020 yang sebesar Rp4.250," ujar Heru.
Baca Juga
Peningkatan harga minyak goreng sejalan dengan peningkatan harga CPO sawit sehingga terdapat penyesuaian harga dari pihak distributor. Peningkatan harga tomat juga sejalan dengan perkembangan di tingkat nasional di mana terdapat lonjakan harga karena hasil panen yang kurang optimal di sejumlah daerah. (K48)