Bisnis.com, MATARAM—Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Timur (NTT) mendorong pengembangan digital farming untuk memenuhi kebutuhan pokok sehingga dapat mengurangi pasokan bahan makanan dari luar daerah.
BI NTT mencatat, provinsi yang memiliki puluhan pulau ini mengandalkan sektor pertanian dengan sumbangan 30 persen terhadap seluruh sektor perekonomian daerah. Deputi Kepala Perwakilan BI NTT Hery Catur Wibowo menjelaskan perlu optimalisasi lahan pertanian dengan pengembangan digital farming.
"Perlu didorong digital farming agar lahan di NTT digunakan dengan optimal, selain itu pertanian juga terkait dengan data menunjukkan jika bahan pangan masih banyak didatangkan dari luar, khususnya bahan makanan," jelas Wibowo melalui zoom pada Selasa (3/8/2021).
Bahan pangan seperti beras di NTT, sebanyak 97 persen didatangkan dari Jawa Timur. Rinciannya dari Surabaya 53 persen, Kediri 23 persen, serta Makassar 23 persen. Alhasil untuk beras saja, hanya 3 persen dari NTT sendiri.
“Nah ini kaitannya dengan inflasi, di NTT itu patokan inflasi 80 persen di kota Kupang, walaupun saat ini masih terkendali di angka 0,008 persen, tetapi inflasi volatile food nya 6,9 persen ," jelas Wibowo.
Untuk mengurangi ketergantungan NTT dari daerah lain, perlu langkah konkrit di sektor pertanian yang bisa membangun kemandirian NTT seperti pembangunan green house sebagai pusat aneka sayuran, pembangunan pabrik ternak, serta memperluas kerjasama antar daerah di NTT.
Tantangan lainnya yang dihadapi NTT di sektor pertanian dengan adanya badai seroja yang merusak lahan pertanian dan pemukiman penduduk, sehingga diharapkan adanya penanaman kembali dan pembangunan rumah penduduk yang rusak.
"Kami harapkan pembangunan rumah penduduk yang rusak dimulai oktober 2021 dan penanaman kembali lahan pertanian yang terdampak badai seroja," ujar Wibowo.
Pertumbuhan ekonomi NTT di tengah pandemi tercatat masih tumbuh positif kuartal I/2021 sejumlah 0,12 persen. Pertumbuhan ekonomi NTT tersebut lebih baik dibandingkan daerah lainnya yang mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19.