Bisnis.com, MATARAM - Okupansi hotel di kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat hanya 15 persen pada Juli 2021 jika dibandingkan dengan bulan Juni (mtm) yang masih di berada di angka 30 persen.
Pemberlakuan pembatasan selama pandemi Covid-19 seperti PPKM level 4 yang masih berlangsung di Mataram berdampak pada anjloknya okupansi hotel di Senggigi.
Ketua Senggigi Hotels Asosiation I Ketut M. Wijaya Kusuma menjelaskan saat ini hotel di Senggigi hanya memgandalkan tamu dari domestik seperti Kota Mataram.
"Hotel di Senggigi selama ini mengandalkan tamu staycation atau tamu tinggal dalam jangka waktu yang lama. Tapi kan saat ini tidak bisa dan kami hanya mengandalkan tamu dari Mataram," jelas Wijaya, Senin (26/7/2021).
Wijaya menuturkan selama PPKM masih berlangsung maka okupansi hotel di Senggigi masih sulit untuk melakukan pemulihan, termasuk pada Agustus mendatang diprediksi okupansi masih sama dengan bulan Juli.
"Kalau kasus Covid-19 masih sama dan masih PPKM, maka okupansinya berkisar pada 15 persen. Pada Agustus biasanya okupansi hotel di Senggigi 80 persen dalam kondisi normal, pada 2020 okupansi bulan Agustus hanya 20 persen, tahun ini kami prediksi hanya belasan persen," ujar Wijaya.
Baca Juga
Untuk meningkatkan okupansi hotel di Senggigi, Pemprov NTB menetapkan Senggigi menjadi zona hijau, tetapi pengetatan di pintu masuk NTB akibat PPKM level 4 di Mataram membuat kebijakan tersebut tidak berdampak.
Sementara itu, Data BPS NTB mencatat jumlah tamu menginap di hotel berbintang di NTB pada Mei 2021 sejumlah 31.495 orang dan pada hotel nonbintang hanya 39.284 orang.
Senggigi merupakan kawasan pariwisata internasional yang dikenal dengan keindahan pantainya. Selama ini Senggigi mengandalkan tamu mancanegara dan wisatawan nusantara. Setelah penutupan penerbangan internasional ke Indonesia, Senggigi menjadi kawasan yang paling terdampak. Pengusaha hotel berharap ada insentif bagi hotel jika PPKM diperpanjang.
"Kami mendukung langkah pemerintah dalam penanganan Covid-19, tapi kami harap ada kebijakan yang tepat bagi industri pariwisata, selama insentif untuk hotel masih menjadi wacana, belum direalisasikan," ungkapnya. (K48)