Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah memutuskan untuk fokus menggunakan air bawah tanah dalam mendukung irigasi di lumbung pangan (food estate) Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Namun, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan tetap membangun jaringan irigasi dengan sumber air atas tanah.
Saat ini luas lahan yang tersedia untuk lumbung pangan Sumba Tengah mencapai 5.000 hektare, sedangkan sekitar 88 persen akan menggunakan air bawah tanah. Namun , pemerintah juga akan menggunakan air atas tanah untuk mengairi lahan sekitar 600 hektare.
"Setelah inventarisasi baru ada satu embung [di Sumba Tengah], Embung Loku Jangi. Sekarang dikerjakan [jaringan dengan sumber air baku Embung Loku Jangi] untuk lahan seluas 200 hektar dengan bangunan [pengaturnya]," kata Direktur Irigasi dan Rawa Kementerian PUPR Suparji kepada Bisnis, Kamis (17/6/2021).
Dia berujar Kabupaten Sumba Tengah tidak memiliki bendungan. Setidaknya akan ada lima bendungan di Nusa Tenggara Timur, yakni Bendungan Napun Gete, Temef, Mbay, Manikin, dan Kolhua.
Pihaknya telah menganggarkan Rp8 miliar untuk konstruksi jaringan irigasi yang memanfaatkan Embung Loku Jangi. Pemerintah akan melanjutkan pembangunan irigasi seluas 400 hektare pada 2022.
Embung Loku Jangi memiliki potensi untuk mengairi lahan hingga 1.000 hektare, tetapi, embung tersebut hanya mampu mengairi lahan seluas 403 hektare hingga 2013.
Sebelumnya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan kunci keberhasilan pengembangan lumbung pangan adalah ketersediaan air untuk irigasi. Selain itu, lanjutnya, ketersediaan teknologi pertanian juga memegang peranan penting.