Bisnis.com, DENPASAR – Pembukaan pariwisata Bali tidak bisa dilakukan secara parsial dengan hanya mempertimbangkan sejumlah wilayah sebagai zona hijau.
Penerapan zona hijau yang terbatas pada sejumlah wilayah dinilai tidak akan efektif dalam mendukung pembukaan pariwisata provinsi ini.
Pengamat pariwisata dari Universitas Udayana I Nyoman Sunarta mengatakan wisatawan asing yang akan berkunjung ke Pulau Dewata tetap akan melihat penyebaran pandemi Covid-19 secara keseluruhan di provinsi tersebut.
Meskipun Bali mematok 3 wilayah yakni Ubud, Sanur, dan Nusa Dua sebagai zona hijau, wisatawan tetap akan mempertimbangkan status provinsi Bali.
Pasalnya, ketika tiba di Bandara hingga menuju tiga kawasan hijau tadi, wisatawan akan melewati sejumlah daerah lain yang belum tentu masuk dalam zona aman pandemi Covid-19.
Artinya, alih-alih mematok pembukaan pariwisata secara parsial di 3 zona tersebut, pemerintah seharunya mendorong agar status provinsi Bali masuk dalam zona hijau perkembangan Covid-19.
Baca Juga
Langkah untuk menekan kasus penyebaran dan melakukan vaksinasi pada 70 persen penduduk Bali dinilai yang paling relevan untuk memastikan kondisi Pulau Dewata aman dari penyebaran Covid-19.
"Kalaupun Bali dibuka di 3 zona, memangnya pegawai yang bekerja di tiga zona itu semua berasal dari sana, tidak dari daerah lain. Kalau di luar tiga daerah itu masih merah, apa gunanya ada zona hijau. Orang luar negeri tidak melihat zona hijau tersebut, mereka melihat Bali merah atau tidak, bukan tiga zona," katanya kepada Bisnis, Senin (10/5/2021).
Meskipun demikian, menjadikan Bali sebagai zona hijau tidak lantas menjadi kunci keberhasilan pembukaan pariwisata. Pasalnya, daerah-daerah di sekitar Bali seperti Jawa maupun Nusa Tenggara juga perlu dipastikan statusnya.
Apalagi, dengan dibukanya pariwisata untuk wisatawan asing, akan mendorong masyarakat yang ada provinsi lain untuk menuju Bali. Padahal, status provinsi tersebut belum tentu sama dengan Bali.
"Kalau Jawa masih merah, Bali hijau, memang orang Jawa tidak boleh ke Bali, bisa marah mereka wisatawan boleh datang mereka tidak. Itu yang jadi pertimbangan, jadi tidak bisa dilihat secara parsial," sebutnya.
Pembukaan pariwisata dengan konsep travel bubble itu harus didasarkan pada status penyebaran Covid-19 masing-masing negara. Jika Indonesia sudah berstatus zona hijau, negara yang datang juga harus berasal dari zona yang sama.
Sementara itu, Bali yang saat ini mulai terdampak varian baru mutasi Covid-19 dari Afrika Selatan dan Inggris justru dinilai tidak menjadi kendala. Kemampuan Bali untuk melakukan pemulihan pasca ditemukannya varian baru menjadi kunci pembukaan pariwisata.
Terlebih, wisatawan asing yang datang ke Bali juga tidak dapat dipastikan akan membawa varian baru Covid-19.
Menurutnya, daripada membuka pariwisata Bali untuk wisatawan mancanegara yang realisasinya masih tergantung banyak hal. Bali lebih baik berpikir realisaitis dengan memanfaatkan perekonomian lokal.
"Pemerintah harusnya lebih realistis, gerakkan ekonomi lokal lewat orang lokal yang berkunjung ke Bali daripada tunggu wisatawan asing masuk," sebutnya.
Bali tetap menjadwalkan pembukaan pariwisata untuk wisatawan internasional pada Juli 2021 mendatang meskipun ada 2 penduduknya terinfeksi varian baru mutasi Covid-19 akibat penularan dari Afrika Selatan dan Inggris.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan pihaknya bersama Kementerian Pariwisata baru-baru ini juga kembali turun ke zona hijau untuk memantau persiapan pembukaan pariwisata yang tetap fokus dilakukan pada Juli 2021. Bahkan, saat ini pemerintah Bali mulai melakukan pengaturan terkait visa dan asuransi untuk wisatawan.
"Sampai sekarang kami belum ada geser hal-hal tersebut, beberapa hari lalu saya turun ke kawasan hijau, fokus Juli 2021, segala sesuatu pembukaan di Juli termasuk visa dan pengaturan asuransi sedang kita bahas," katanya, Senin (10/5/2021).
Menurutnya, potensi kunjungan wisatawan asing pada Juli 2021 nanti tidak akan besar. Apalagi sejumlah negara asal yang diharapkan seperti India dan Singapura saat ini sedang menghadapi kasus Covid-19.
Padahal, sebelumnya, pemerintah Bali telah bertemu dengan Duta Besar India untuk Indonesia terkait rencana kunjungan wisatawan asal negara tersebut.
Wisatawan asing yang akan berkunjung ke bali pada Juli 2021 nanti pun belum dapat dipastikan jumlahnya. Hanya, diyakini, booking baru akan terjadi pada last minute atau tidak seperti kondisi normal yang dilakukan jauh-jauh hari.
"Tadinya India karena dubea sudah bertemu langsung, tetapi kondisi begini, Singapura juga masuk tetapi sekarang juga alami masalah," sebutnya.
Lebih lanjut, Cok Ace mengungkapkan, sebelumnya ada 4 skenario kunjungan wisatwan asing ke Bali yakni asal Timur Tengah, Belanda, Singapura, dan China. Di tengah perkembangan Covid-19, Bali menilai masih ada kunjungan asal China yang bisa menjadi tumpuan pemulihan pariwisata.
"China masih bisa kita harapkan, dari segi kuantitaif, tahun-tahun sebelumnya mereka juga cukup besar," sebutnya.