Bisnis.com, DENPASAR -- Bank Indonesia menilai pertumbuhan ekonomi Bali pada kuartal I/2021 mulai mengalami perbaikan dibandingkan periode sebelumnya karena didukung oleh membaiknya kinerja konsumsi rumah tangga dan ekspor impor.
Hanya, di saat bersamaan, konsumsi pemerintah justru masih tertahan oleh kendala teknis, yakni penerapan sistem baru dalam pelaporan realisasi anggaran di daerah.
Perbaikan yang dimaksud terlihat dari melandainya kontraksi pertumbuhan ekonomi melandai dari semula minus 12,21 persen YoY pada kuartal IV/2020 menjadi minus 9,85 persen YoY pada kuartal I/2021.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan pertumbuhan ekonomi tersebut seiring denan optimisme konsumen dan pelaku usaha yang telah melaksanakan program vaksinasi. Namun demikian, perbaikan tertahan oleh masih tingginya angka Covid-19 yang menyebabkan pemerintah memberlakukan PPKM di Bali semenjak Januari 2021.
"Implementasi vaksinasi dan sinergi kebijakan nasional dan daerah mendorong momentum perbaikan ekonomi Bali di tahun 2021," katanya seperti dikutip dalam rilis, Rabu (5/5/2021).
Menurutnya, pertumbuhan positif diperkirakan akan dimulai pada kuartal II/2021. Secara keseluruhan 2021 perekonomian diperkirakan tumbuh positif. Optimisme terhadap pertumbuhan positif didukung oleh perkiraan tercapainya target vaksinasi yang disertai dengan menurunnya kasus Covid-19 sehingga mengembalikan aktivitas ekonomi di berbagai sektor, termasuk aktivitas konsumsi, investasi, kinerja fiskal ekspor dan impor.
Sementara itu terkendalinya penanganan Covid 19 menumbuhkan level of confidence bagi wisatawan serta memungkinkan diselenggarakannya strategi wisata Travel Corridor Arrangement (TCA) dan Meeting Incentives Conferences Exhibition (MICE) di Bali.
"Untuk mempercepat pemulihan kinerja perekonomian, prasyarat mutlak yang harus dipenuhi adalah keberhasilan pemberian vaksinasi serta penerapan disiplin protokol kesehatan Covid-19," sebutnya.
Bank Indonesia merekomendasikan 5 langkah strategis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertama, mendorong pelaku pariwisata untuk memperoleh sertifikat CHSE untuk meyakinkan bahwa Bali siap menerima wisatawan. Kedua, mendorong UMKM untuk on boarding sehingga memperluas pemasaran. Ketiga, mempercepat realisasi belanja daerah.
Keempat, mendorong sektor pertanian untuk menerapkan GAP (Good Agriculture Practice), menggunakan teknologi digital dalam berproduksi (digital farming), dan memasarkan produknya melalui e-commerce dan marketplace. Terakhir, mendorong pembayaran secara nontunai, utamanya menggunakan QRIS.
"Lesson learned dari pandemi Covid-19 kembali menegaskan pentingnya melakukan transformasi ekonomi bagi provinsi Bali. Ketergatungan pada sektor pariwisata telah meningkatkan kerentanan perekonomian Bali, dimana secara historis kinerja perekonomian Bali mengalami penurunan pada saat mengalami guncangan. Untuk meningkatkan resiliensi perekonomian Bali, perlu pengembangan new source growth engine, yakni pada sektor pertanian, industri kreatif, ekonomi digital dan pendidikan," sebutnya.